— antique, divine, incredible, beyond
Manusia
adalah makhluk hidup yang berperasaan. Ketika ada manusia yang memiliki satu set badan lengkap yang berguna tanpa
cacat walakin tak dapat merasakan rasanya sendiri, apalagi rasa manusia
lainnya, dia sekan robot. Robot memang bisa dirancang agar memiliki kepintaran
melebihi kepintaran perancang, hanya saja robot belum bisa memiliki rasa.
Rasa bagi
manusia menjadi dasar yang kuat dalam menjalani keseharian. Rasa sama membikin
manusia saling terikat dalam kerumunan sehingga segala yang dilakoni bisa saling
memuliakan dan melantan muruah liyan. Kosok bali dengan rasa beda, baik perasaan
lebih tinggi maupun lebih rendah dari liyan,
rentan menimbulkan semangat pertikaian ataupun ketidakpedulian.
Segala
sesuatu maupun peristiwa yang memberikan manfaat pada rasa manusia pasti
berguna bagi keberlangsungan keseharian manusia. Kebergunaan yang biasanya
mewujud dalam rasa gembira menimbulkan kekaguman hingga memberi semangat untuk melakukan
peniruan. Peniruan adalah wujud pujian abadi paling luhur yang dilandasi dengan
kekaguman.
Kekaguman
pada sesama manusia membikin manusia yang dikagumi mewujud sebagai panutan. Semua orang tentu memiliki panutan.
Mulai orangtuanya, keluarga, tetangga, sahabat, guru, teman, hingga sosok-sosok
yang banyak dikenal sebagai public figure.
Panutan, baik seorangan atau sekerumunan, memberi inspirasi mengenai langkah
yang dilakoni dalam menjalani bicycle
race.
Panutan
memiliki peran psikis, yang dapat memengaruhi pandangan (cara, sudut, dan
jarak) terhadap sesuatu bahkan bisa memengaruhi seseorang sepenuhnya. Panutan
boleh siapa saja. Sah-sah saja preman yang nama sapaan karibnya tak elok
menjadi nama sebuah gang menjadi panutan. Walakin nama dari sosok itulah yang
selalu dilantan dengan penuh kasih sayang di hati mereka yang menggandrungi,
mereka yang menjadikannya sebagai panutan. Itulah nama yang mudah diingat
karena inspirasinya, bukan karena muka garangnya.
Ada
banyak sosok yang dilantik sebagai panutan oleh manusia lainnya. Entah sosok
tersebut dipandang sebagai sosok besar karena banyak orang juga mengaguminya atau
dipandang sebagai sosok kecil karena sedikit orang yang mengenalnya. Sepanjang orang
menampilkan kesungguhan dalam melakoni life,
live, love nya, pasti ada orang yang menjadikannya sebagai panutan, meski
diam-diam.
Diantara
banyak sosok itu, nama Madonna adalah salah satunya. Kekaguman pada Madonna
merasuk jiwa tanpa pernah sirna. Kekaguman
yang membuatnya menjalani keseharian dengan sanjung puja dari banyak kalangan
sebanding dengan caci maki yang juga diterimanya. Sosok yang terlatih dengan
dua hal ini kerap menjadi sosok besar. Terlatih untuk tak melayang dengan
pujian dari para pengagumnya dan tak langsir kata nyinyir dari kalangan pandir yang sirik tiada akhir.
Madonna
mendapatkan semua ini
setelah pilihan menjadi penghibur dilakukan dengan penuh kesungguhan. Menjadi
seorang penghibur adalah sebuah panggilan nurani yang tak bisa dia elakkan. Sebagai seorang penghibur, ambisi yang dimiliki
membuatnya tak sekedar bertahan dengan nama besar yang diemban. Madonna sanggup
bertarung dengan brand baru yang
muncul belakangan.
Madonna
terus berusaha mengembangkan kualitas karya yang dihasilkan juga sikap yang
dipentaskan. Wajar jika penggemarnya kian melipat, kehadirannya selalu
disambut hangat, karyanya banyak dinikmati, bahkan tak sedikit yang menggilai. Kekaguman pada Madonna melintas batas
nalar terliar. Penggemarnya lintas kelas, lintas generasi, lintas latar
belakang. Nalar seakan tak berguna menyaksikan kegilaan para pengagumnya.
Madonna
sangatlah manusiawi. Dia bisa memberikan kegembiraan pada manusia lainnya melalui
beragam cara yang bisa dia lakoni. Orang lain sah-sah saja menyebut nalar
sebagian pengagumnya mati saat pengagum Madonna rela menggelontorkan banyak
uang demi memiliki miniset bekasnya. Walakin tak boleh dilupakan bahwa cara
orang mendapatkan kegembiraan bisa berbeda-beda.
Kesanggupan
Madonna sebagai seorang panutan juga mengagumkan. Dia bisa membuat orang lain yang
sudah mapan memiliki barisan pengagum tetap menyebutnya sebagai panutan.
Pengagum Madonna tak hanya para remaja yang sedang mencari identitas penyemat
personalitas. Pengagum Madonna juga para penghibur yang sudah mapan di panggung
pentas.
Paris
Whitney Hilton, Britney Jean Spears, Avril Ramona Lavigne, dan Jennifer Lynn
Lopez adalah beberapa di antaranya. Mereka dengan bangga terus merawat nama
Madonna dengan penuh hormat dalam sukmanya. Kemampuan keempat nama ini untuk
bisa hadir sebagai panutan pun dengan serta merta menaikkan martabat Madonna.
Madonna
memang panutan yang patut dianut. Dia adalah seorang guru, yang rekam jejaknya di-tiru
(menginspirasi) dan petuahnya di-gugu
(memotivasi). Perjuangan Madonna layak dijejak
untuk diperjuangkan dalam keseharian. Perpisahan dalam ruang dengan sang ibu
menjadi setitik perih mendewasakan yang menjadi awal mulanya berjuang
menggelinjang. Perpisahan ini membuatnya menjelma sebagai seorang puan mbeling, nakal tanpa kehilangan muruah.
Madonna terus
menerus berusaha dengan segala daya upaya untuk bisa menjadi manusia. Dia mengelaborasi
perasaannya untuk bisa menghadirkan karya yang menyentuh perasaan liyan. Karya yang dihadirkan dibumbui
dengan paras pantas sepanjang pentas. Semua ini dilakukannya dengan kesadaran
bahwa sebagai personal dirinya adalah bagian dari komunal. Madonna dengan cakap
menggelinjang sebagai insan, basyar, dan naas sekaligus. Ketiga kata itu selalu merujuk pada manusia dalam
Alquran dengan perbedaan kelindan.
Kecakapan
menggelinjang seperti itu membuat Madonna pantas mendapat semat sebagai manusia
paripurna. Sebagai manusia, Madonna memiliki juga memiliki dua kepribadian
berlawanan, lemah (rububiyyah) dan
kuat (uluhiyyah) yang bisa dipadukannya
sekaligus dengan bagus. Kepribadian lemah yang dipentaskannya dengan sikap
mengayomi selaras dengan sikap menguasai pementasan kepribadian kuat yang
dimiliki.
Madonna
terlahir dengan nama lengkap Madonna Louise Ciccone di Bay City,
Michigan, 16 Agustus 1958. Nama Veronica disandangkan padanya belakangan
sebagai pelestarian tradisi Katolik yang menjadi latar belakangnya. Latar belakang
Madonna memiliki tradisi mengadopsi nama sosok saleh sebagai nama baru. Hal ini
dilandasi keyakinan bahwa sosok itu menjadi pelindung sekaligus pemandu keseharian.
Nama Veronica diadopsi dari Saint Veronica, puan saleh asal Yerusalem pada abad
pertama Masehi, menurut tradisi Katolik.
Ibunya,
Madonna Louise Fortin, merupakan warga keturunan Perancis-Kanada. Bapaknya, Silvio
Anthony Ciccone, merupakan warga keturunan Italia-Amerika. Keduanya bepadu
dalam ikatan keluarga dan rumah tangga dengan haronis di tengah tingkat kemakmuran
yang tidak mewah. Sayang saat Madonna baru menginjak usia lima tahun, dia harus
rela berpisah dalam ruang dengan ibunya. Sang ibu berpindah dimensi alam pada
01 Desember 1963 sesudah didera kanker payudara.
Perpisahan
tersebut membuat Madonna tenggelam dalam duka mendalam. Perasaan dua yang
membawa Madonna berada dalam suasana sendiri dalam kesendirian. Di dalam keriuhmeriahan
lingkungan, Madonna terus didera lara hingga membuatnya merasa kesepian. Kepergian
sang ibu ditindaklanjuti sang bapak dengan menikahi pembantu rumah tangganya, Joan
Gustafson, pun tak bisa menyirnakan lara yang didera. Malahan Madonna dengan
tegas mementaskan sikap menolak pernikahan ini.
Perpisahan
dengan sang ibu juga yang menjadi titik balik epik Madonna. Dia tumbuh dengan kepribadian
fearless selaras dengan kepribadian kenes.
Dia memang cantik dan menarik yang mudah menjadikannya sebagai pusat perhatian
sejak usia belia. Walau begitu, Madonna tak selalu bersikap kenes. Saat perlakuan
merendahkan muruah diberikan, Madonna bersikap fearless.
Kemampuan
menarik perhatian disikapi dengan tanggung jawab dengan tak berbuat semaunya.
Madonna menampilkan dirinya sebagai panutan bagi teman-teman. Sekolahnya yang
dimulai di St. Frederick's and St. Andrew's Catholic Elementary Schools, West
Middle School, dan Rochester Adams High School dilalui dengan catatan gemilang.
Pengalaman menari yang didapatnya dengan menjadi punggawa kelompok pemandu sorak
(cheerleader) di SMA menjadi jalannya
memperoleh beasiswa tari.
Beasiswa
yang diperoleh digunakan Madonna untuk belajar tari di University of Michigan School of Music,
Theatre & Dance. Selain belajar di sini, Madonna mulai unjuk kebolehan
dengan ikut serta dalam American Dance Festival pada musim panas. Madonna mulai
tertarik dengan balet. Sebelum mulai mendalami, terlebih dahulu dia meyakinkan
sang bapak agar bersedia memberinya restu.
Restu
sang bapak mengirinya dalam mendalami balet dengan dilatih oleh gurunya, Christopher
Flynn. Sang guru kemudian membujuk Madonna untuk berkarier sebagai penari. Bujukan
sang guru ditindaklanjutinya dengan keputusan meninggalkan perguruan tinggi
saat usianya 19 tahun. Madonna terdorong untuk berkarier sebagai penari dan
memilih pindah ke New York City pada 1977.
Dengan
bekal uang sebanyak $ 35, Madonna nekat pergi ke New York City dengan menggunakan
pesawat dan taksi. Madonna mengungkapkan bahwa kepindahannya ke New York City merupakan
pengalaman paling nekat yang pernah dia lakukan. Selain bekal uangnya sedikit,
itu juga menjadi pengalaman pertamanya menunggangi pesawat terbang. Kenekatan
ini justru menjadi petaka baginya sesudah sampai di tempat tujuan.
Madonna
harus rela menjalani keseharian dalam kemelaratan. Alhasil, dia harus bekerja keras
untuk mencukupi kebutuhan harian. Kebutuhan harian dicukupinya dengan bekerja
sebagai pelayan di warung makan cepat saji Dunkin' Donuts serta menjadi penari.
Uang yang didapatkan belum bisa mencukupi kebutuhan harian hingga dia sempat rela
menjadi model foto telanjang.
Ketika
Madonna ikut serta unjuk penampilan sebagai penyanyi dan penari latar dalam tur
Patrick Hernandez tahun 1979, dia mulai terlibat ikatan pacaran dengan musikus
Dan Gilroy. Bersama pacarnya ini, Madonna membentuk grup band perdananya. Breakfast
Club, nama grup band yang dibentuk untuk memainkan musik rock. Madonna berperan
sebagai drummer dan guitarist dalam grup ini.
Sayang
dia tak lama-lama bersama Breakfast Club. Setahun merentang, Madonna meninggalkan
grup tersebut untuk membentuk grup baru bersama Stephen Bray. Dalam grup bernama
Emmy ini Stephen berperan sebagai drummer
sementara Madonna sebagai singer dan dancer. Langgam dan tarian gubahan keduanya
berhasil mendapat sambutan hangat di klub-klub lokal New York City.
Sambutan
hangat menyengat naluri Marka Kamins, seorang DJ dan produser rekaman. Marka Kamins
lalu mengajak Madonna terlibat obrolan dalam perjumpaan dengan Seymour Stein,
pendiri Sire Records, label rekaman di bawah Warner Bros Records. Obrolan
tersebut ditindaklanjuti dengan kesepakatan kerja sama menggelinjang di
industri hiburan melalui musik.
Kesepakatan
tersebut menjadi gerbang pembuka Madonna sebagai penghibur. Dia mulai menyapa
dengan langgam tunggalnya, Everybody,
yang dilanjutkan dengan album penuh bertajuk Madonna. Langgam tunggal dan album segera menjadi hits yang membawa tingkat keterkenalan
namanya melipat pesat. Nama Madonna semakin melejit seiring keberhasilan album
penuh keduanya, Like a Virgin,
diterima khalayak.
Album
yang dirlis pada 1984 tersebut membuat nama Madonna ditahbiskan berada di puncak.
Keberadaan yang memudahkannya menjual karya-karya berikutnya, mulai dari True Blue (1986) hingga Rebel Heart (2015). Selain dengan
penjualan lainnya sepanjang rentang waktu itu tentunya. Nama besar yang membuat
Madonna dikenal sebagaimana sekarang.
Nama
besar yang bisa membikin orang lain saling menyapa satu sama lain lantaran
sama-sama merasa sebagai pengagumnya. Sumbangan besar yang patut diapresiasi,
lantaran saling menyapa adalah satu cara jitu untuk merawat titik temu antar
sesama. Sebagaimana diungkapkan nama besar sebelum Madonna, Muhamammad, bahwa saling
menyapa adalah senjata manusia
beriman (al-du’a silah al-mukmin).
B.Ah.Po.221249.37.250916.16:37