— menembus ruang dan waktu
Kadang-kadang, saya gemar iseng dengan mencari foto sosok-sosok yang saya kagumi bersama dengan sosok yang dikagumi mereka. Misalnya fotonya Park Bom dengan Lee Hyori, Britney Spears dan Madonna, dan Andra Ramadhan
dengan Steve Vai. Keisengan tersebut
semakin tambah iseng lagi dengan membandingkan wajah mereka berdua yang
rata-rata sosok-sosok yang saya kagumi kalah bersinar dari sosok yang dikagumi mereka.
Lee Hyori, Madonna, dan Steve Vai itu keren. Pesona mereka berhasil
melintas batas walau mungkin tak banyak orang yang
mengenalnya bahkan mungkin tingkat keterkenalan mereka masih kalah dengan
orang yang justru mengagumi mereka. Berapa
banyak orang yang menggemari Uhm Jung Hwa dibanding Dara
(2NE1), dua penghibur lintas generasi dari Korea Selatan? Berapa banyak laki yang senang melihat wajah Amber Chia dibanding
Venice Min, dua model beda zaman asal Malaysia?
Keisengan menyaksikan hal
sepele tersebut tambah iseng lagi yang sayangnya belum bisa terwujud sampai sekarang: mencari rekaman gambar wajah nabi. Kalau saya
bisa melihat wajahnya Britney Spears yang sangat saya gilai itu kirananya kalah dengan
wajahnya Madonna, tentunya saya bisa menyaksikan wajahnya
nabi Ibrahim yang tetap terlihat cakep
dibandingkan dengan
wajahnya Zlatan Ibrahimovic.
Madonna adalah salah satu sosok keren. Banyak orang
sangat mengaguminya, bahkan diserta rasa bahagia dan
bangga dengan menjadi pengagumnya. Misalnya
dilakukan oleh
Paris Hilton, yang terus merawat dengan penuh hormat nama-nama orang yang dikaguminya apapun yang terjadi. Kebiasaan Paris ini kemudian diikuti oleh Lady Gaga, fans berat Paris dan backing vocalist-nya Britney Spears dulu, yang kini disemat ‘anaknya’ Madonna.
Dibanding dengan wajah puan maupun manusia sezamannya, wajah Madonna
memang lebih berkilau bahkan dibanding dengan wajah-wajah yang muncul sekarang. Bisa jadi wajah Madonna tetap abadi menyinari
sesudah ajalnya ditemui, sepertihalnya wajah David Bowie yang selalu lebih keren daripada wajahnya Skrillex. Kalau mau
di-extended lagi, wajah para nabi
yang menjadi sosok besar pada
masa lampau, tentunya berwajah cakep melintas
batas waktu sehingga
tidak akan pernah ketinggalan zaman.
Tidak harus
ganteng, yang penting lebih menarik. Bisa juga
wajahnya seperti Mick Jagger. Kita bisa melihat wajah Serena Williams yang mau
diapa-apakan tetaplah
lebih terang daripada wajahnya Daniela Hantuchova ‘kan? Atau wajahnya Natalie Cole yang mau di-gimana-in ya tetap lebih meneduhkan ketimbang
wajahnya Kim Taeyeon
(bagi fansnya Taeyeon, bukan bagi haters-nya).
Wajahnya nabi Ibrahim tentunya lebih bersinar terang dibandingkan dengan wajah pengikutnya serta wajah keren zaman
sekarang seperti wajahnya Zlatan Ibrahimovic.
Ibrahimovic, pemain yang tidak perlu
besar oleh klub ini,
adalah salah satu fans berat nabi yang sayang anak dan istri ini. Hingga saat karier pemain
jangkung ini mulai cerah, dia memilih Ibrahimovic sebagai
nama punggung alih-alih Zlatan, yang saat itu sudah dipersiapkan Ajax.
Wajah pengikut nabi
Ibrahim, kalau bisa
difoto dan fotonya bisa dilihat sekarang,
tentu tampak kuno dibanding dengan wajah manusia sekarang. Wajah manusia seringkali mengalami perubahan rupa hingga bisa tampak lebih baik seiring waktu berjalan. Jika foto wajah manusia pada tahun 1900-an dibandingkan dengan wajah manusia pada tahun 2000-an, hal tersebut akan tampak kentara. Penampakan yang batasannya dikecualikan untuk
orang-orang tertentu misalnya wajahnya Sergei Vasilievich Rachmaninoff.
Tampak wajar kalau wajah seseorang yang memiliki pengikut dianugerahi
oleh Allah kelebihan
dari pengikutnya. Kelebihan tersebut tidak melulu dari kekuatan luar biasa yang bisa dipamerkan walakin termasuk wajah mereka yang karismatik. Dengan wajah
karismatik ini, mereka yang mendapat tugas sebagai rasul, tentu lebih mudah menyampaikan pesan-pesan Ilahi-Rabbi sehingga
lebih bisa diterima. Pesan-pesan Ilahi-Rabbi
tentunya akan sulit
diterima kalau penyampainya
berwajah kurang
benar.
Saya percaya bahwa penyampai risalah
Allah berwajah keren yang
menggembirakan saat
dipandang, bukan menyeramkan. Karena hal
ini juga saya selalu keberatan kalau nabi Ayyub disebut pernah sakit yang sakitnya
sedemikian buruk. Seburuk apapun peristiwa yang dihadapi penyampai pesan Ilahi-Rabbi tentulah tak serta-merta membuat muruah menjadi musnah.
B.Ah.Lg.161249.37.180916.03:44