—
apasih, gangerti deh boo ... (˘̯˘ )
Pada mulanya
biasa, akhirnya biasa juga sih. Berawal dari kecelakaan sejarah, yakni Pak
Achmad Samsudin telat masuk kelas ketika matrikulasi karena ada typo di jadwal
yang diberikan, terbentuklah sebuah hubungan tak jelas dari orang-orang tak
jelas kecuali saya, telat pulang matrikulasilah kami.
Menderita sekali rasanya terpaksa memperpanjang waktu bersama Maryam
Musfiroh, Uwais Al Qorni Akbar, Sherly Yulidarti, Adi Lukman Ghofur, dan Lailul
Munjidah saat itu. Mereka itu adalah orang tak jelas, tak jelas berapa jumlah pacar dalam
peternakan
mereka. Sialnya, saya
terlanjur kenal
dengan mereka
yang membikin
saya rajin menyapa-Nya agar tak
terkontaminasi virus
dari mereka.
Walau begitu, sebagai naas arif dan bijaksana yang menghayati ketuhanan yang maha Esa, saya pun rela
menerima takdir
seperti ini. Kerelaan
yang membikin
saya pun terpaksa
berusaha sekuat tenaga untuk beradaptasi dengan kelima orang yang tak
jelas itu demi kemanusiaan yang adil dan beradab dan
persatuan Indonesia.
Upaya adaptasi ini supaya kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan bisa berjalan laras hingga
sanggup mewujudkan
keadilan sosial
bagi seluruh rakyat
Indonesia. Sehingga tragedi semacam kamu gila yang di-copy-paste-post
diulang selama sejam setelah makan
burger yang tak
enak pada 05 April 2013 itu tak terulang kembali.
Saya sebenarnya tak merasa terikat dalam persahabatan cinta yang
tulus dengan lima orang yang sejujurnya perlu segera diberangus. Cuma sebagai insan penghuni Bumi, saya hanya berusaha
bersikap santun pada
tamu dari alien yang datang dari Galaksi Supernova dan abad
keduapuluhenam. Seiring
berjalannya waktu,
saya pun mau tak
mau percaya saja pada mereka.
Percaya bahwa saya adalah basyar
rupawan nan menawan idaman ibunya *teks tak
bisa ditampilkan*.
Terpaksa percaya
kalau Sherly perempuan misalnya. Meskipun di KTP dan identitas resmi lainnya
beliyo disebut perempuan serta berzodiak Virgo yang identik dengan puan walakin
beliyo bisa menjelma seperti monster seketika. Coba saja tanya berapa
diameter perutnya. Atau saya tak percaya kalau Adi laki lantaran kalau masak
lebih enak daripada perempuan. Atau mereka yang tak percaya kalau saya adalah laki
yang lemah lembut dan santun.
Pada saat
saya membaca hasil pengumuman seleksi PBSB, langsung saya membaca nama-nama
orang yang satu prodi dengan saya. Dalam naskah tersebut tercantum pula asal
pesantren mereka. Ada Uwais Al Qorni Akbar dan Maryam Musfiroh dari Jawa Barat.
Ada dua dari Barat, ada juga dua dari Timur. Adi Lukman Ghofur dan Lailul
Munjidah dari Jawa Timur. Lalu ada nama saya yang sangat bagus ini, Adib Rifqi
Setiawan, serta Sherly Yulidarti. Sherly dan saya senasib, sama-sama sendiri
dari propinsi kami.
Sherly
menjadi satu-satunya orang dari luar Pulau Jawa diantara kami berenam. Beliyo
berasal dari Siak, salah satu tempat di propinsi yang memiliki propinsi dan
ibukota dengan nama sama, Riau. Nama yang tak kreatif ‘kan? Membingungkan juru warta ketika menulis nama kota apa propinsi.
Pesantren Sherly adalah salah satu cabang dari Pesantren Gontor yang awalnya
didirikan di daerah Jawa Timur.
Sherly
menjadi orang yang memberikan pencerahan pada saya terkait hipotesis dan
kesimpulan. Beliyo memberikan pelajaran penting bahwa tak semua kesimpulan
selaras dengan hipotesis. Ketika membaca nama beliyo dalam
naskah pengumuman seleksi PBSB, saya berhipotesis bahwa Sherly adalah perempuan
yang lemah lembut, halus, dan pendiam. Namun setelah berjumpa kesimpulannya
berbeda 180 derajat. Jadi saya harus berlapang dada dengan kesimpulan yang
ternyata membantah hipotesis ini. Belajar berlapang dada dari perempuan yang
dadanya seperti lapangan.
Selain
membuat saya harus berlapang dada, Sherly juga sering membuat saya bingung.
Beliyo sempat menggunakan nama Umelia Riyuza dalam akun Facebook-nya.
Kedengarannya seperti nama Japanese. Padahal perempuan Japanese
identik dengan bentuk tubuh singset dan kelemahlembutannya. Sementara Sherly?
*sebagian teks
hilang*.
Meski memilih
menggunakan nama
Japanese, Sherly ternyata cenderung suka Korean
ketimbang Japanese. Dengan membuat saya bingung ini Sherly bisa mengklaim bahwa beliyo adalah wanita dengan
landasan teori bahwa wanita itu sulit dimengerti. Lha ingin mengerti Dedek Emesz yang mini
saja sulit, apalagi Sherly yang *teks tak bisa
ditampilkan*, sulit kuadrat tentunya.
Namun bukan
Sherly yang pertama kali saya hubungi. Maryam menjadi orang pertama dan
satu-satunya anak PBSB UPI 2012 yang pertama kali saya hubungi ketika saya
masih di Kudus. Saya mendapatkan nomor ponsel beliyo
setelah kami berkirim pesan pendek di Facebook. Perkenalan kami
berlangsung cepat dengan didukung sinyal kuat XL dan Indosat.
Maryam
merupakan penipu yang hebat. Beliyo adalah orang yang tua. Tapi dengan bakat
menipu, beliyo bisa meyakinkan orang lain bahwa beliyo masih muda. Dengan itu
juga beliyo bisa meyakinkan orang bahwa beliyo adalah pendiam meski beliyo
seperti toa masjid saat
malam takbiran,
susah didiemin.
Dengan jurus
penipuan beliyo
yang hebat pula beliyo bisa membuat orang yakin bahwa beliyo orang yang manis
padahal sebenarnya sadis. Diantara kami berenam, Maryam tampaknya yang akan
menjadi ibu rumah tangga lebih dulu. beliyo sudah memiliki syaratnya, yaitu
bercak hitam di wajah khas ibu-ibu usia 40 tahunan, yang sempat muncul gara-gara salah
memakai produk kosmetik. Syarat
lainnya berupa badan
yang berisi bisa dilakukan sambil jalan.
Adi menjadi
orang pertama yang saya temui. Malah termasuk beberapa orang yang pertama saya
temui ketika saya menginjak-injak Kota Kembang. Istilah kerennya Adi termasuk assabiquna
al-awwaluna. Saya bertemu dengan beliyo setalah selesai laporan pada Jeffa terkait
tukar-kamar dengan Adi di masa matrikulasi.
Adi terlihat
sangat lusuh, raut wajah
beliyo memberikan kesan beliyo baru saja melalui perjuangan panjang
dalam sebuah perjalanan.
Walau dalam kondisi habis mandi pun wajah Adi tak kondusif seperti wajah saya saat bangun tidur,
tapi saat itu terlihat sekali runyamnya.
Tampaknya
beliyo datang dari Galaksi Andromeda dan roket yang ditumpanginya sempat
mengalami turbulensi hebat ketika memasuki wilayah atmosfer Planet Bumi.
Mungkin ketika masuk Planet Bumi, Adi mengalami perjalanan seperti astronot
perempuan cantik dalam film Gravity. Untunglah Adi sampai di Bandung
dengan selamat, tak tercebur ke dalam laut seperti astronot tersebut. Beliyo bisa kelelep.
Pada
matrikulasi Adi dipanggil Einstein. Sebagai anak fisika dengan hair-style
nya yang sangat rumit, Adi mengingatkan pada Albert Einstein. Padahal keduanya
sangat jauh berbeda. Foto Einstein mudah sekali dicari. Bahkan ketika
mengetik kata fisika di mesin pencari dalam jaringan internet foto Einstein
kadang-kadang yang muncul lebih dulu daripada ilmuwan lain yang sebenarnya berwajah lebih kondusif seperti Feynman.
Sedangkan foto Adi
sangat langka. Kalaupun ingin mengambil gambar beliyo, perlu
sebuah pergerakan terstruktur, terencana, sistematis, dan masif
dari kelompok paparazzi untuk bisa mengambil gambar beliyo.
Itupun dengan syarat harus diikuti langkah selanjutnya yakni mengamankan
fotonya sedemikian rupa sehingga foto yang didapat tak dihapus beliyo.
Ketika kami
diundang Pak Agus Jauhari atas
dasar kasih
sayang belas kasih untuk
mengikuti buka bersama dosen dan staf Departemen Pendidikan Fisika FPMIPA UPI,
Adi tampil dengan fesyen andalannya: memakai sarung. Beliyo
satu-satunya yang memakai sarung. Dengan penampilannya seperti itu, beliyo
tampak ndeso dan berselera rendah. Padahal Adi memiliki selera hyper
high-class, seleranya sangat tinggi.
Misalnya soal
makanan. Adi dikenal sebagai koki peracik masakan dengan selera hiper-tinggi.
Saking tingginya selera Adi, Uwais sampai tak kuat ketika diam-diam mencicipi
sambal buatan Adi, 2013 silam.
Masakan bikinan Adi itu sangat rumit. Malah kalau beli makan pun perlu diaransemen ulang kalau dirasa kurang micin.
Selera tinggi
Adi juga tampak dalam hal seni, terutama seni musik. Beliyo tak lagi berada
pada level musik
bubblegum
K-Pop seperti saya dan Sherly. Padahal saya dan Sherly adalah penggemar K-Pop
level tinggi dengan suka pada produk seni musiknya YG Entertainment. Namun
sekelas itu masih jauh dibawah Adi.
Kelasnya Adi
minimal Mariah Carey yang notabene teladan bagi Park Bom, sosok yang sangat saya kagumi kekasih saya
yang tinggal di Korea Selatan. Mungkin karena selera yang sangat tinggi inilah
Adi sulit nyantol dengan puan. Atau mungkin karena misteriusnya beliyo
bisa menyembunyikan rapat-rapat peternakan pacarnya. Yang jelas ini bukan urusan saya karena orang
yang ditaksir pasti
beda orang walau
sama jenis selakangan.
Satu sisi menyebut Adi seperti
Einstein adalah kesalahkaprahan yang kentara tak memenuhi kaidah qiyas dalam pelajaran manthiq
bab terakhir.
Satu sisi mungkin ada benarnya.
Einstein memiliki prestasi fenomenal dengan mengubah cara pandang di fisika
sekitar seabad lalu.
Adi tak kalah.
Beliyo memiliki prestasi yang mencengangkan dengan menaklukan Buk Setiya
Utari.
Melalui
serangkain upaya diplomasi ala Adi, beliyo berhasil mengubah Buk Utari yang
awalnya suka salah menyapa namanya ketuker nama saya, menjadi benar. Ini sebuah prestasi cemerlang
lantaran saya tak
bisa melakukannya. Buk Utari kalau menyapa saya masih Abid, nama kontak saya di ponselnya belum diganti, cek saja. Wajar jika Adi selalu semangat bilang kalau Buk Utari itu keren. Tentu jelas maksudnya, beliyo ingin pamer hasil unjuk kerjanya seraya nyinyirin saya, “karyamu
apa?”
Meski Sherly
yang pertama kali saya perhatikan namanya, Maryam yang pertama saya hubungi,
Adi yang pertama saya temui, namun Uwais menjadi yang pertama memiliki ikatan
khusus dengan saya. Ikatan khusus tersebut berupa pinjem duit. Uwais
yang uangnya melimpah ruah ini bingung mau diapakan uangnya. Untuk itulah saya
berinisiatif mengurangi kebingungan Uwais dengan meminjam uangnya. Namun
ternyata beliyo tambah bingung ketika meminjamkan uang pada saya, tak jelas
kapan baliknya.
Republik
Indonesia maupun Perhimpunan Bangsa-Bangsa di bumi Nusantara
Raya ini yang sedang
terpuruk butuh sosok seperti Uwais. Dengan pemberian pinjaman tanpa bunga dan
tempo pelunasan, perekonomian rakyat bisa terangkat. Rakyat bisa diberi modal
pinjaman yang bisa dikembalikan ketika mereka sudah merasa sejahtera.
Selama belum
merasa sejahtera, rakyat diijinkan menunda pelunasan pinjaman. Lebih dari itu,
tak ada bunga dan denda yang harus dibayarkan. Ini akan menjadi terobosan dalam
sepak terjang koperasi simpan dan pinjam di dunia ini. Malah kalau
diaplikasikan dalam perekonomian global, Uwais bisa memberi solusi agar
terhindar dari labil ekonomi.
Uwais
terbiasa sabar dan ikhlas. Hal ini bisa dilihat dari klub sepak bola favorit beliyo,
Liverpool. Di kalangan pecinta sepak bola, Liverpool terkenal sebagai klub yang
sabar. Tak banyak penggemar
klub yang rela
di-PHP-in soal gelar juara liga domestik hingga lebih seperempat abad. Namun penggemar klub berjuluk The Reds itu bisa.
Liverpool
tahu mereka lebih besar dari klub manapun sehingga ikhlas mempersilakan klub
lain menjadi juara liga. Liverpool adalah klub sepak bola yang sadar bahwa
gelar juara hanya fana’, tak abadi. Oleh karena tak tergoda dengan
perburuan gelar juara yang sifatnya fana’ itu.
Sayangnya
sebagai Liverpudlian, julukan pendukung Liverpool, Uwais bukanlah Liverpudlian Kaffah.
Liverpool memiliki semboyan indah You’ll Never Walk Alone, namun Uwais
betah sekali kalau jalan sendiri.
Sudah jalan sendiri, tak menyempatkan diri melirik puan cantik yang dijumpai pula. Tak kaffah tapi oke juga.
Lailul
menjadi sosok terakhir yang ada di sini. Beliyo memiliki prestasi yang juga mencengangkan.
Kalau Maryam menjadi jembatan angkatan anak-anak PBSB UPI prodi pendidikan
fisika, Lailul lebih fenomenal lagi. Beliyo menjadi jembatan antar prodi, angkatan, bahkan
pulau dan bangsa.
Maryam hanya
sanggup menjembatani satu prodi, satu propinsi, dan satu bangsa Sunda. Sedangkan Lailul mampu
menjembatani antar prodi, terutama pendidikan fisika dan pendidikan kimia,
antar angkatan tanpa terikat prodi, bahkan antar pulau di wilayah Federasi Nusantara
Raya yang
menjadi tanah hunian bangsa-bangsa
Nusantara ini. Lailul menggenggam kuat Bineka Tunggal Ika dalam
kehidupannya. Mungkin ketika pernikahannya beliyo sekalian bulan madu dengan
menaiki kapal pesiar dari Jawa sampai Sulawesi.
Mereka
berlima ini adalah orang-orang yang tak pernah merasa berdosa memfitnah saya.
Mereka rajin sekali menyebut saya sebagai anak yang keras kepala, arogan, tak
sopan, dan cerewet. Padahal saya adalah orang yang lemah lembut, rendah hati,
santun sekali, dan pendiam.
Tanya saja pada Dedek Emesz, pasti beliyo menjawab iya. Saya yang
paling rajin dan disiplin berangkat kuliah serta mengerjakan tugas kuliah,
disebut mereka orang yang malas.
Coba sekali-kali
tanya pada dosen
cantik yang sekarang sedang hamil itu. Semua
itu mereka pendam kuat dalam hati mereka dan ungkapkan tanpa pernah ada
sedikitpun rasa berdosa pada saya. Kejam bukan?
B.Rb.Pa.121249.37.140916.08:53