Menapaki Tangga Seni Suara



Puzzle Bicycle Race Maya Modigliani Azra
 

Tahun Pertama di Bandung
Dalam dunia seni, nama Maya, Modigliani, dan Azra sudah tak asing lagi. Bangsa Maya, salah satu bangsa kolosal di planet Bumi, terkenal dengan karya seninya. Mereka dikenal dengan karya yang rapi dan rinci limit sempurna. Kebolehan mereka dalam seni tak hanya sebatas hiasan rumah atau patung, walakin hingga tata kota yang megah dan indah.

Di Republik Indonesia, dikenal nama Maya Sujadtmiko, seorang profesional seni dengan latar belakang akademis dan profesional yang luas dalam seni. Dia mendirikan ArtSphere (Artshpere Gallery Jakarta at Dharmawangsa Square) pada tahun 2006 dengan semangat untuk membangun sebuah galeri seni, utamanya seni rupa, yang bisa berperan terhadap perkembangan seni modern Indonesia.

Selain di Indonesia, nama Maya sebagai seniman juga dikenal di Amerika Serikat. Maya Angelou, perempuan berdarah Afrika-Amerika, dikenal sebagai penulis puisi dan skenario, orator, serta aktris Afrika-Amerika.

Dia ditahbiskan sebagai perempuan Afrika-Amerika pertama yang diminta untuk membacakan puisi karyanya dalam resepsi pelantikan presiden Amerika Serikat tahun 1993. Puisi yang dia bacakan berjudul On the pulse of Morning ini mendapat Apresiasi Grammy (Grammy Awards) pada tahun yang sama.

Modigliani sendiri dalam kancah seni, merujuk pada Amedeo Modigliani Clemente. Seorang pelukis dan pematung asal Italia yang kemudian hijrah ke Prancis. Dia dikenal melalui lukisan telanjang yang ditandai dengan karakter elongasi (pemanjangan) wajah dan gambar.

Gaya hasil ijtihad-nya itu kurang mendapat sambutan baik, bahkan tak sedikit menuai penolakan semasa pelukisnya masih menggelinjang berkarya. Namun belakangan, setelah dia pindah ke alam baqa’, mendapat penerimaan dan apresiasi luar biasa.

Masa hidup Modigliani terbilang singkat. Dia meninggal ketika menapaki usia 36 tahun. Putrinya, Jeanne Modigliani, kemudian menulis kisah hidup ayahnya dalam buku Modigliani, man and myth, 38 tahun sesudah meninggalnya sang ayah.

Azra sendiri merupakan nama grup band pengusung warna rock asal Zagreb, kota yang sekarang menjadi ibu kota Kroasia. Grup yang dibentuk pada tahun 1977 ini hanya berumur sebelas tahun. Meski demikian, dalam masa edar yang singkat tersebut, mereka berhasil menjadi salah satu grup band berpengaruh di wilayah Yugoslavia.

Para kritikus musik menyusun daftar 100 album terbaik dari musisi (para musikus) Yugoslavia pada tahun 1998 atau satu dekade sesudah grup band ini meninggal. Lima album Azra masuk, bahkan tiga diantaranya berada pada tangga 10 besar. Hingga kini, meski tak aktif lagi, karya Azra masih dinikmati oleh kalangan penduduk bekas wilayah Yugoslavia.

Seni merupakan ungkapan perasaan manusia yang dituangkan dalam kreasi dengan bentuk apa saja, termasuk balapan dan masak. Dzunnun al-Mishri, guru Abu Yazid al-Bastomi, menuturkan bahwa seni merupakan suara kebenaran yang bisa mengantarkan kepada Yang Maha Benar.

Seni menjadi pemantik semangat untuk mendekat pada Ilahi-Rabbi dengan mengosongkan hati dari residu sifat tak baik agar siap diisi dengan sifat-sifat baik (takhalli). Sifat-sifat baik ini kemudian dibiasakan (tachalli) untuk menjadi jalan manunggal dengan-Nya (tajalli).

Seni memiliki unsur keindahan yang dapat menyentuh perasaan insan. Insan atau manusia adalah makhluk hidup yang berperasaan. Karena memiliki rasa yang menjadikannya berbeda dari makhluk hidup lain, rasa bagi manusia menjadi landasan yang kuat.

Ketika ada seseorang yang memiliki satu set badan lengkap tanpa dapat merasakan rasanya sendiri, apalagi rasa manusia lainnya, dia seakan robot. Walaupun memiliki kepintaran melebihi kepintaran para perancang, belum bisa memiliki rasa.

Segala sesuatu maupun peristiwa yang memberikan manfaat pada rasa manusia pasti berguna bagi keberlangsungan hidup umat manusia. Hal inilah yang membikin pesona Madonna, sosok teladannya Britney Spears dan CL of 2NE1, lebih melintas batas daripada Margareth Tatcher, the iron lady perdana menteri terkeren Britania Raya.

Rasa kasih sayang misalnya, sanggup membawa kita pada rasa sama hingga segala yang dilakukan disebut baik. Sama-sama merasakan adanya kesamaan, kesetaraan, maupun keserupaan rasa antara dia sendiri dengan seluruh ciptaan-Nya. Kosok bali dari rasa beda, yang merasa berbeda dengan liyan, baik rasa lebih tinggi maupun lebih rendah dari liyan.

Rasa kasih sayang menahan kita untuk tak melakukan segala hal yang merisak rasa liyan. Rasa inilah yang dengan lemah lembut menghantam hingga sukma terdalam, yang ketika sudah tersentuh, bisa membikin segala rasa yang tertuang menjadi terkenang.

Saling mengapresiasi kesamaan sekaligus menghormati ketaksamaan berpadu dengan semangat untuk saling memuliakan dan melantan muruah liyan. Rasa membikin manusia terikat dengan liyan dan lingkungan sehingga segala yang dilakoni tak merisak nurani.

Dalam ragam macam karya seni, musik adalah salah satu yang paling digandrungi penyandang nama Maya Modigliani Azra. Kawan saya yang kelahirannya tepat berjarak lima tahun dengan Kwon Yu-ri (punggawa Girls’ Generation) ini memiliki ketertarikan yang lebih pada musik ketimbang bentuk lainnya.


Nonton Running Man episode Girls' Generation


Musik merupakan salah satu dari sekian banyak bentuk karya seni. Masing-masing bentuk karya seni memiliki kelebihan dan kelemahan ketika saling dibandingkan. Bagi Venice Min, the rising star dalam kancah tari dan model sekaligus penulis asal Malaysia, seni tari tentu lebih menarik ketimbang musik.

Sebatas rasa ketertarikan semata tanpa bermaksud menganggap bentuk lain lebih hebat. Tidak mungkin ada karya seni yang paling hebat bagi orang yang bisa menikmati segala jenis karya seni itu. Hanya saja sebagian besar orang tidak mampu untuk mengapresiasi semua jenis karya seni. Meski tak salah menyebut musik sebagai karya seni yang lebih mudah dan banyak digandrungi ketimbang bentuk lain.

Musik memiliki kemampuan melintas batas ruang dan waktu. Musik bisa dinikmati sebagai musik tanpa harus disertai lirik. Walau ada kalanya disertai lirik, musik tetap bisa dinikmati tanpa memiliki pemahaman terhadap bahasa lirik yang menyertainya itu.

Hal tersebut membuat industri hiburan Korea Selatan tak perlu menggubah lirik berbahasa Inggris sebagai penyerta karya musik mereka. Mereka tak ragu melantunkan paduan kata berbahasa Korea untuk menyapa penghuni belahan bumi lainnya bahwa mereka ada dan bisa sejajar dengan mereka.

Evolusi tanpa henti dalam dunia musik juga membikin karya pada masa tertentu bisa memengaruhi karya pada masa setelahnya. Jealousy karya Queen, memengaruhi Kosong-nya DEWA19. Orang awam bisa saja dengan enteng menyebut Kosong meniru Jealousy. Walakin, kenapa Jealousy tak serta merta disebut menjiplak Run to Me-nya Bee Gees? Atau dilanjutkan sekalian kalau Run to Me menjiplak Julia karya The Beatles?

Keempatnya memberikan contoh kentara sebuah evolusi musik. Lagipula kalau tak menerima peniruan sebagai bentuk pengaruh, bukankah peniruan adalah bentuk ungkapan pujian abadi paling dalam? Sementara kebiasaan mengungkapkan pujian lebih sering diberikan lantaran kekaguman.

Sebagaimana ragam macam bentuk karya seni, tak ada satu warna dari ragam macam dalam musik yang lebih hebat daripada warna lainnya. Orang bisa saja lebih suka warna musik tertentu walakin dia tak serta merta bisa menyebut warna kesukaannya adalah yang paling hebat.

Saya sendiri lebih menggilai warna musik rock. Namun saya tak elok menyebut selera saya lebih hebat daripada hiphop yang disuka Ella, adik saya. Keterbatasan selera dan usia ada kalanya menyempitkan pandangan (sudut pandang, cara pandang, dan jarak pandang) orang terhadap liyan.

Seperti karya seni lainnya, musik juga bisa mewakili ras manusia. Wajar kalau tak banyak orang Inggris yang suka musik dangdut yang asalnya dari Melayu. Semua dipengaruhi oleh tradisi dan latar belakang masing-masing.

Walau demikian, kita perlu mengakui bahwa ada bangsa yang lebih maju dalam urusan musik pada masa tertentu sehingga pada saat itu dunia berkiblat kepadanya. Setiap bangsa yang bisa menggubah karya musik yang bisa diterima oleh bangsa di belahan wilayah lainnya, saat itulah mereka bisa tampil sebagai rujukan utama.

Dunia seni musik inilah yang digandrungi dan ditekuni oleh MaMA, sapaan saya pada Maya Modigliani Azra. Sapaan yang tampak kurang ajar lantaran membikinnya terkesan lebih tua daripada saja. Kebetulan wajah saya lebih imut daripada dia.
Nenteng EXO
Saya menyadari terbilang kurang ajar dalam menyapa liyan. Misalnya tak menyapa sesuai sapaan ‘resmi’ yang disandangkan. Melalui sapaan kurang ajar, saya merasa lebih bisa mencapainya secara apa adanya.

Cara yang ditiru dari kisah pewayangan, salah satu karya seni leluhur bangsa Nusantara. Burisrawa, sosok raksasa, menyapa Subadra, sosok dewi putri Banoncinawi, dengan sapaan kurang ajar. Meskipun sebenarnya Burisriwa menyadari bahwa dewi dari Mandura ini bersemayam di lingkaran yang jauh di atas tingkatannya.

Nama adalah doa dari pemberi nama kepada yang diberi nama. Selain diucapkan dalam serentetan rangkaian ritual ibadah mahdhah, doa juga bisa diungkapkan melalui sebuah nama yang disandangkan.

Ibuk memberi saya nama Rifqi setelah dia merasa saya bakal tumbuh menjadi bengal. Hal ini membuat Ibuk merasa perlu mendoakan saya sedari dini agar memiliki sisi lemahlembut seperti makna rifqi tersebut.

Dilihat sepintas, orangtua Maya tampak bermaksud memberi nama buah hatinya dengan doa yang isinya supaya suatu saat buah hatinya ini akan berkelindan dengan dunia seni. Karena secara verbal namanya sangat lekat dengan dunia seni.

Bukan berarti mereka memaksa buah hati kesayangan harus bisa menjadi bagian dari khasanah seni. Tapi hal ini tentu akan memudahkannya untuk menyerap dan memahami karya seni. Pasalnya doanya dihembuskan oleh orangtuanya dalam sebuah nama sedari dini kehadirannya di planet Bumi.

Tersirat sebuah doa bahwa perempuan ini bisa menjadi sosok yang dikenal sebagai seniman seperti tiga nama yang disandang. Entah dalam seni kata seperti Maya Angelou, seni rupa seperti Maya Sujatmiko dan Amadeo Modigliani Clemente, atau seni musik seperti grup band Azra. Dikenal sebagai seniman yang berpengaruh luas dengan karya yang melintas batas walau masa edarnya hanya sekejab saja.

Selain mendapatkan doa dari nama yang disandangkan padanya, komposisi pembentuk karakter seni didapatkan dari ayahnya. Ayah Maya merupakan pelaku seni rupa. Hanya saja, dia tak sepenuhnya menikam jejak bapak. Maya lebih menekuini seni suara ketimbang rupa. Mungkin karena sapaan resminya Maya, sehingga dia lebih dekat dengan Maya Angelou yang bagus dalam menjajakan suaranya ketika melantunkan paduan kata.

Kegemaran menyanyi dimulai saat masih berusia belia. Kegemaran tersebut didukung keberanian berkespresi di tengah kerumuman. Maya tak ragu ketika dia diminta melantunkan paduan kata dalam rangkaian acara. Pelantunan yang tak selalu diiringi alunan nada membuatnya berhasil membuktikan bahwa kualitas suaranya memang bagus.

Berani berekspresi menjadi satu hal yang harusnya dimiliki setiap manusia, bahkan selayaknya dilatihkan pada masa balita. Keberanian berekspresi memberi semangat agar tak ragu mengungkap isi hati dengan penuh rasa yakin diri agar tak merasa rendah diri ketika terlibat pergaulan dengan liyan.

Yakin diri bukanlah sikap arogansi, malahan sebaliknya, sikap menyadari bahwa memiliki kelebihan sekaligus kekurangan. Hal ini membuat orang memahami batasan yang dimiliki sehingga dia bisa bertenggang rasa sekaligus bertoleransi.

Tak sebatas kegemaran dan permintaan semata dilakoni Maya dalam menjajakan suaranya. Dia juga memberanikan diri ikut serta dalam beberapa ajang kompetisi. Memang tak semua ajang tersebut menahbiskannya sebagai pemenang. Namun hal tersebut memberinya pengalaman untuk membentuk mental kuat Maya agar siap dengan penolakan.

Perjuangan seniman tak hanya ketika mulai menapaki tangga agar dikenal. Setelah namanya dikenal, seniman mendapat tantangan permintaan hasil unjuk karya maksimal. Pembentukan mental yang gagal berpotensi membikin seniman mati berkarya ketika dia tak mampu menghadapi riak seperti ini.

Bukan sebatas sapaan saya saya kurang ajar pada Maya. Bentuk badan pun sering menjadi sasaran risakan kekurang ajaran saya. Bentuk badan Maya yang langsing membikin saya gemar menyebutnya sebagai anak kurang gizi dan kerempeng.

Sayang, dia malah tahu kalau saya menggilai 2NE1. Dengan enaknya Maya bilang kalau dia mirip visual­-nya 2NE1, Dara. Jelas jauh lah antara Dara dan Azra. Maya tahu hal ini setelah dia memergoki saya sedang sendirian menyimak Lonely. Lagu 2NE1 yang mendapat apresiasi sebagai Best Vocal Performance – Group pada MAMA 2011 tersebut kabarnya termasuk yang disukainya.

Kebetulan pembuatan video musik lagu yang dirilis sebagai lagu tunggal pada 11 Mei 2011 (versi Korea) melibatkan Han Samin sebagai pemandu utamanya. Han Samin sendiri merupakan pemandu utama dalam pembuatan video musik Love Song, salah satu lagu Big Bang, grup yang disukainya.

Beberapa waktu kemudian, dia memergoki saya sedang menonton video musik Kiss dari Dara. Hanya pada satu-satunya lagu Dara sesudah bergabung dengan 2NE1 itu kami pernah menonton seluruhnya bersama. Sesudahnya dia bilang, “Aku kayak Dara ya,” dengan enaknya.

Sebelum Maya bilang seperti itu, saya sempat memiliki grenengan sama. Gara-garanya, saya melihat penampilan Dara dalam video musik I Love You (2NE1), awal Juli 2012. Sama-sama bertubuh langsing dengan diselimuti warna kulit kuning langsat. Apalagi dalam video musik tersebut, hair style Dara seperti hair style Maya. Cuma bagian kirinya Dara dipangkas tipis atas saran dari CL.

Dara & Azra
Selama saya di Bandung, Maya mencatatkan dirinya sebagai teman jalan-jalan saya pada hari Minggu pekan pertama. Tapi bukan hal ini yang cepat saya ingat, meski memiliki catatan sebagai yang pertama tak akan bisa dipecahkan oleh siapapun.

Muhammad Jamaluddin (600-673 H) yang lebih dikenal sebagai Ibn Malik mengungkapkan hal ini. Dalam pengantar kumpulan 1002 bait berjudul Alfiyyah dia menyebut bahwa karyanya lebih bagus ketimbang kumpulan bait dengan judul serupa gubahan Ibn Mu’thy. Pernyataan sejenis demikian kerap kali disebut sebagai sikap arogan. Sulit memang menyampaikan sesuai kenyataan pada orang yang kurang pengalaman.

Secara teknis Ibn Malik memang tak salah. Pola bait (bahr) yang dipakai dalam gubahannya sama semuanya, tak seperti gubahan Ibn Mu’thy yang menggunakan dua pola secara selang-seling. Pembahasannya pun lebih luas dan dalam melalui penyampaian ringkas. Hanya saja, Ibn Malik mengapresiasi gubahan Ibn Mu’thy dengan menyebutnya lebih utama lantaran digubah dan dipublikasikan lebih awal.

Walau begitu, saya justru cepat mengingat saat kami berduet ‘resmi’ menyelesaikan replika gedung UPI. Pembuatan replika ini sebagai bagian persembahan dari anak-anak PBSB UPI untuk ikut serta dalam pertemuan nasional sesama penerima PBSB. Sebenarnya kami tergabung dalam satu tim yang terdiri dari kami serta Wulan Lesmana Ningsih, dan Andry Dwi Harnizar.

Sial. Wulan dan Andry memiliki halangan yang memaksa saya hanya bekerja bersama Maya. Kami tidak punya bakat menjadi pembuat replika, bahkan membuat sketsa pun sangat terlihat amatir. Kesibukan teman-teman lainnya memaksa kami tetap menyelesaikan, walau berdua dengan hasil yang tak akan sesuai harapan yang diberikan.

Selama proses pembuatan replika, yang sebenarnya sangat mudah untuk orang lain tetapi tidak bagi saya, sangat jelas terlihat tanggung jawab Maya. Mulai dari persiapan bahan-bahan yang akan dipakai, pembuatan, sampai pada menjaga replika agar tidak rusak. Kami diberi waktu beberapa hari tetapi karena masih sibuk dengan kuliah masing-masing, kami baru membuat replika malam Kamis, sehari sebelum keberangkatan.

Semalaman kami begadang di kosan Maya. Tidak cuma kami saja tetapi juga dibantu oleh Aan (Faliqul Jannah Firdausi), Dion (Ngadiono), Riyan (Riyan Setiyawan), dan Luthfi (Muhammad Luthfiul Mubin). Suasana kebersamaan dan kebahagiaan yang menyelimuti membikin pembuatan replika tak terasa menguras daya dan upaya. Hasil yang tak bagus-bagus amat, yang penting ada.

Sial. Nasib naas kembali menimpa kami. Karena ada miss komunikasi, alas replika tersebut hilang. Padahal saya masih ingat kalau replika tersebut tidak tertinggal. Di dalam bus, saya duduk di kursi paling belakang bersama Jeffa (Jeffa Lianto van Bee). Mungkin saat barang-barang diturunkan, tak terbawa. Tetapi dicek kembali, malah tak ada lagi di dalam bus.

Hal ini membikin kebiasaan buruk saya terulang lagi. Entah mengapa saya sangat emosional, mudah suka, duka, marah, termasuk panik. Saat itu memang saya panik, tapi panik tidak akan mampu menjadikan keajaiban dengan tiba-tiba ada alas replika serupa turun dari langit. Setidaknya setelah emosi stabil kembali, saya ingat beberapa bahan masih ada dan bisa dipakai. The Show Must Go On, seperti judul lagu Queen.

Sabtu pagi, setelah sholat subuh saya langsung ke stand, membuat replika dadakan. Tanpa saya minta dan hubungi sebelumnya, Maya malah sudah stand by di sana. Saya memang tak menghubunginya karena saya merasa bersalah akan hal ini. Saya yang ada di dalam bus tempat barang tersebut diangkut, jadi saya rasa tak elok menambah beban untuk Maya.

Walau demikian, Maya sangat tanggung jawab. Tak membiarkan saya membikin alas replika dadakan seorangan walau jelas saya yang salah, dia bersama Ana (Ana Alawiyyah) membantu saya menyelesaikannya. Dengan memakai sebuah kertas diberi penanda dengan spidol, cukuplah menggantikan alas yang hilang. Padahal alas yang hilang sempat diwarnai menggunakan cat air.

Beberapa waktu berlalu, saya baru tahu kalau Maya cukup terpukul akan hal ini. Dia sempat sedih malam harinya. Merenung di bawah pohon mangga pula, sudah seperti kuntilanak saja. Matanya memang tampak sembab tapi saya tak menyadarinya. Selain dia memakai kacamata, biasanya matanya juga tampak seperti orang habis menangis.

Maya memang orang yang berkepribadian kuat. Dia bertanggung jawab, memiliki kepekaan rasa yang membuatnya senantiasa bertenggang rasa saat terlibat pergaulan bersama. Keyakinan diri yang dimilikinya tak serta merta membuatnya gedhe rasa.

Yang terakhir itu susah lho. Apalagi kalau terpisah oleh ruang dengan yang disayang terus ketemu bajingan yang suka ngomong tanpa diukur dulu seperti saya. Apapun itu, akankah Maya berhasil menjadi phenomenal woman seperti judul puisi yang ditulis Maya Angelou? Kita tunggu saja tanggal mainnya, sambil menanti Park Bom kembali menyapa.

The Best is Yet to Come
 B.Km.Po.071149.37.110816.10:03