—
The Quantum Man Richard Phillips Feynman
Richard Phillips Feynman merupakan
sosok iseng sejak dalam kandungan. Keisengan yang terus menyerta jiwa hingga
dia pindah ke alam baka. Atas dasar keisengan pula dia memilih identitas
sebagai fisikawan sembari iseng-iseng mengelaborasi hal lain yang juga menawan.
Sebagai fisikawan, Feynman mendapat
apresiasi mengesankan berupa Nobel Fisika pada edisi 1965. Sebagai manusia
berjenis kelamin laki, wajah gantengnya membikin banyak kaum laki merasa cemburu.
Barangkali atas dasar kecemburuan
pada tingkat kegantengan inilah yang membikin foto Einstein dengan pose yang nggak banget serta foto Hawking yang
juga dengan pose nggak banget lebih
banyak diumbar alih-alih foto si ganteng nan iseng Feynman.
Ketika masih kecil, Feynman disapa
dengan Dick. Sapaan yang sama oleh Ibuk kemudian teman-teman saya hingga
remaja, Dik. Bedanya hanyalah Feynman tetap disapa Dick sementara saya sejak
1999 ganti disapa Mas Dik.
Ada lagi bedanya. Memang wajah kami
sama-sama ganteng, cuma hair style-nya
beda. Feynman lebih suka hair style
panjang seperti Mick Jagger sementara saya lebih menggemari hair style ala Mike Shinoda di What I’ve Done.
Dick, alias Feynman pas masih unyu-unyu menggemaskan, memiliki sebuah
laboratorium di rumahnya. Dia senang bermain di sana dengan mencoba menemukan
apa saja: main lampu dan membikin sekring, membikin alarm antimaling di kamarnya,
hingga membikin sistem koil dengan pemantik api yang dilengkapi gas argon.
Bikinan terakhirnya ini sempat membikin
dia hampir mendapat marah dari ibunya. Mulanya dia memainkan sistem koil ini.
Saat sedang larut dalam permainan percikan api berwarna ungu, ujug-ujug apinya mencelat ke arah kertas hingga membakar kertas tersebut.
Karena sudah larut, Feynman tak mau
acara mainnya dirisak kertas yang terbakar. Tanpa merasa berdosa, dia membuang
saja kertas terbakar itu ke tempat sampah di dekatnya. Sayang dia lupa kalau di
tempat sampah itu terdapat seonggok koran bekas.
Saling sulut api yang terjadi kemudian
dengan segera merisak acara mainnya. Kamarnya segera penuh dengan asap hasil
dari saling sulut antara kertas buangan dan seonggok koran bekas yang segera
dipadamkan. Supaya tak dimarahi ibunya, dia segera menutup pintu kamarnya biar
ibu menyangka anaknya ini sedang bobok
cakep.
Pengalaman yang hampir membuatnya
dijerat pengurangan uang jajan ini tak membikinnya kapok. Tetap saja dia suka
main di kamar. Pengalaman itu malah memberinya gagasan bahwa kalau terjadi
peristiwa tak diinginkan yang menyebalkan, segera tutup pintu supaya ibu tak
tahu.
Merasa bosan bermain api, Dick ganti
bermain radio. Dia membawa radio tua dan rongsok yang sudah rusak ke dalam kamarnya
untuk diutak-atik. Tak jelas darimana dia mendapatkan radio ini. Entah punya keluarganya
sendiri, punya tetangga, atau hadiah yang pernah diberikan padanya. Yang jelas
radio ini berhasil dia perbaiki dan mempromosikan namanya sebagai tukang
reparasi radio berusia muda berwajah tampan.
Sebagai tukang reparasi radio yang
masih berusia muda, Dick kerap mendapat permintaan dari pelanggan dadakan.
Permintaan ini tentunya win win solution.
Dick sedang kesengsem bermain utak-atik radio sementara pelanggan suka dengan kaum
muda, bayarnya murah.
Hal ini menambah jam terbang Dick
sebagai tukang reparasi radio. Jam terbang yang melatihkan kepekaan rasa
padanya. Hingga akhirnya dia bisa tahu letak kerusakan radio tanpa
menyentuhnya. Cuma memakai feeling doang
masaaa... seperti orang pacaran (atau sesama mantan pacar).
Teman-teman Dick di sekolah lebih
memilih meyebutnya sebagai ‘Mad Genious’
ketimbang ‘Most Intelligent’. Dick
memang pintar dan mece seperti kelakuan
kaum Jin. Kelakuan yang membikin
Allah mendahulukan Jin daripada
manusia kalau disebutkan bersama dalam Alquran berkaitan kepintaran dan ke-mece-an.
Keisengannya ini dadasari hasrat kuatnya
untuk dapat memecahkan teka-teki. Dia memang tak pacaran karena sadar bahwa teka-teki
paling rumit adalah perempuan. Dia sudah bisa menyadari hal yang baru diungkapkan
Hawking sesudah gagal dalam pacaran dan gagal dalam pernikahan beberapa dekade
setelahnya.
Sebagai jalan awal memecahkan teka-teki
ini, dia pun tertarik pada fisika, bahkan sebelum fisika banyak diminati
perempuan. Dick sadar bahwa kalau dia berhubungan dengan perempuan, pasti dia
disalahkan. Dick lahir sebagai cowok
dan cowok selalu salah sejak awal
diciptakan. Hawa, yang jelas-jelas memulai kesalahan, masih saja memutar-mutar
perasaan Adam hingga laki pertama di kalangan Homo Sapiens ini merasa salah.
Hal ini membikin Feynman rajin
mencari-cari kesalahan untuk membetulkan. Sayang memang dia tak tertarik hukum,
kalau tertarik hukum tentulah dia rajin mencari-cari kesalahan untuk menambah
uang jajan.
![]() |
Feynman bersama Arline Greenbaum, istri
pertama yang dinikahinya pada 1941.
Ariline menyertai Feynman hingga meninggal
pada 1945
|
Dick yang juga sadar kalau peluang
mendapat pengurangan uang jajan bisa datang kapan saja. Untuk itu dia memilih
menghabiskan liburan musim panas saat sweet
seventeen dengan bekerja di rumah makan.
Berada di rumah makan saat musim
panas tak enak dirasa bagi laki yang masih sendiri. Untuk itu, dia memilih job di dapur saja biar menghindari
melihat orang sedang pacaran mesra. Di dapur, Dick mendapat jatah harus
memotong kacang panjang.
Umumnya orang memotong kacang panjang
dengan diletakkan di atas meja lalu menggorakkan pisau di atasnya untuk digerakkan
naik-turun. Dick yang tipikal males
dan nggak sabaran, mencari cara lain
biar bisa cepat.
Cara lain didapatkannya dengan men-jejer lima bilah pisau secara pararel
(seperti baris-berbaris) di atas baskom kuwung penampung. Pisah tersebut
menghadap atas biar kacang panjangnya tinggal dipegang dua buah sisi ekstrimnya
dan digerakkan sekali. Tinggal krees... kress...
kress... beres jatah memotong kacang panjang. Beres lebih cepat daripada
cara yang biasa dipakai orang.
Sayangnya cara lain ini tak segera
diberitahukan Dick pada juragan. Mungkin dia terlalu asik memainkannya dan
bahagia menikmati hasilnya hingga penemuannya tak sempat dilaporkan. Alhasil,
dari kelupaan melaporkan penemuan ini, dia sempat kaget saat juragan melakukan
inspeksi mendadak ke dapur.
Merasa belum memberi tahu cara yang
tak tercantum dalam job description,
Dick segera panik. Kepanikan ini membikinnya tak hati-hati. Jadilah penemuan
yang sempat membahagiakan malah melukai jari tangannya.
Kepanikan ini juga yang membuatnya
lupa menyingkirkan tangannya dari baskom penampung yang sudah tak kuwung. Hasilnya,
kacang panjang yang sudah teriris dan terkumpul di dalam baskom menjadi merah
terkena percikan darah. Dick pun malah kena marah.
Tak hanya sekali itu saja Dick kena
marah gara-gara ‘penemuan’-nya. Dia hanya beruntung tidak hidup di lingkungan
robot seperti banyak terdapat di beragam tempat pada zaman kekinian ini. Meski rajin mendapat seruan amarah, Dick tidak kapok.
Dick malah kesengsem dengan proses
dan hasil ‘penemuan’-nya yang memberikan jalan iseng berikutnya.
Sebagai pemuas hasrat keisengan berikutnya,
Dick MIT (Massachusset Institute Technology) sebagai medan pelampiasan. Di sini
keisengannya semakin menjadi-jadi. Tinggal sekamar dengan dua pelajar tingkat akhir
saat Dick masih tingkat awal, dia iseng nguping
obrolan dua teman sekamarnya ini.
Dick tak peduli nguping itu tindakan tidak terpuji karena terpuji atau tercela
hanyalah pandangan manusia ‘satu meter’ yang kerap menyangka dugaan sebagai kesimpulan
tak terbantahkan.
Tindakan tak terpuji Dick ini tak
disertai sikapnya untuk terus hati-hati. Setelah beberapa kali nguping obrolan seputar mata kuliah fisika
teori, Dick mendengar dua teman sekamarnya ini mengobrolkan kesulitan mereka
memecahkan soal. Dengan tanpa merasa berdosa, Dick nyeletuk, “Mengapa nggak
menggunakan persamaan Baronallai?”
Tentu saja dua teman sekamarnya
bingung. “Maksud loe....?” gitu batin mereka. Dick yang merasa iba
pada dua teman sekamarnya kemudian menjelaskan maksud celetukan barusan. Dua
teman sekamarnya ini terkesan dengan kelihaian Dick menyelesaikan soal rumit
bagi mereka dengan cara sangat gampang. Sebagai imbalannya, Dick diingatkan kalau
yang dimaksud adalah Bernoulli bukan
Baronelli.
Wajar Dick salah istilah. Dia hanya
mendapatkan dari kebiasaan nguping
yang ditindaklanjuti dengan mencari tahu sendiri tanpa bisa mendapat kawan
sepadan untuk mengobrolkan. Walakin sejak saat itu Dick mendapat kesempatan
untuk terlibat obrolan dengan dua teman sekamarnya.
Keisengan tanpa rasa berdosa kembali
dilakukan Dick. Kali ini dia pura-pura sebagai orang bisu ketika hendak membeli
susu. Dia menyebutkan kata susu di bibirnya tanpa menyuarakan pita suaranya.
Penjual pun merasa bingung.
Tak mau keisengannya berantakan, Dick
lalu mengarang isyarat untuk susu dengan memeragakan gerakan tangan seperti
sedang memeras susu. Penjual malah merasa bingung.
Beuntung di tengah manuver keisengan,
ada seorang laki membeli susu. Tanpa lama-lama, Dick kemudian menunjuk susu
yang dibeli laki itu. Jadilah penjual susu segera memahami maksud Dick dan
mengambilkan susu untuknya.
Setelah susu diberikan padanya,
dengan nada biasa saja Dick nyeletuk,
“Terima kasih banyak pak.” Penjual susu baru saja menyadari kalau dia baru saja
ditipu. Hanya saja dia tak marah, yang penting dagangan laku.
Dari semua kejahilannya, yang paling
dibanggakannya adalah yang pernah dilakukannya di asrama. Sekitar pukul 5 pagi
Dick terbangun dan turun ke bawah. Dia menemukan tulisan: PINTU! PINTU! SIAPA
YANG MENCURI PINTU?
Ternyata ada yang iseng melepas pintu
dari engselnya dan menyembunyikannya. Kebetulan ruangan itu punya dua pintu.
Otak jahil Dick langsung mendapat ide. Dia melepas pintu yang kedua dan
menyembunyikannya di balik tangki minyak di lantai dasar di bawah tanah.
Sesudah itu dia kembali tidur.
Paginya dia pura-pura terbangun
terlambat. Waktu dia turun semua sudah berkumpul dan ada yang sudah marah-marah
karena kedua pintu ruangan itu hilang. Salah satu dari mereka bertanya,
“Feynman, kamu mengambil pintu ya?”
Dengan tenang Dick menjawab, “iya!” sambil
menambahkan, “Lihat saja goresan di jariku, ini gara-gara tanganku tergores ke
dinding waktu membawa pintu itu ke lantai dasar.” Ternyata jawaban jujur itu
tidak dipercaya. Dikira sedang becanda
karena Dick dikenal sebagai orang yang tidak pernah serius sesuai pemahaman kata
serius oleh teman-temannya. Dick sudah menduga ini.
Dick dengan lihai memahami kalau kecenderungan
orang adalah gemar menghakimi sendiri. Dia tahu kalau pencuri pintu yang
pertama sudah ketahuan pasti orang yang sama dikira mencuri pintu yang kedua.
Pencuri yang pertama memang ketahuan
dari tulisan tangan yang ditinggalkan. Orangnya langsung dikerjai semua orang
supaya mengaku di mana letak pintu yang kedua. Setelah babak belur, barulah
semua percaya kalau ada orang lain yang mencuri pintu kedua.
Sampai sepekan pintu kedua itu belum juga
ditemukan. Ketua asrama akhirnya minta saran untuk memecahkan soal ini. Dick
mengajukan usul sambil pura-pura marah, “Siapa pun kau, pencuri pintu, kami
tahu kau sangat hebat. Kau sangat cerdik! Kami tidak tahu siapa kau, jadi kau
pasti seorang super jenius. Kau tidak perlu katakan siapa kau, kami cuma ingin
tahu di mana pintu itu berada. Jadi, kalau kau meninggalkan catatan di mana
saja, di mana pintu itu berada, kami akan menghormatimu dan mengakui selamanya
bahwa kau memang super hebat, super cerdas, sampai bisa mencuri pintu sementara
kami tetap tidak tahu siapa pelakunya. Tapi tinggalkanlah sebuah catatan di
suatu tempat, dan kami akan sangat berterima kasih.”
Orang di sebelah Dick mengusulkan
semua orang harus ditanya satu per satu, apakah dia mencuri pintu. Ketua asrama
mulai berkeliling dan bertanya pada semua orang. Semua menjawab tidak.
Begitu ketua asrama sampai ke Dick, dia
menanyakan pertanyaan sama, “Feynman, Kamu mengambil pintu itu?” Dick dengan
tenang menjawab, “Ya, saya yang mengambil pintu itu.” Tapi ketua asrama itu
malah kesal karena dikira diajak becanda.
Malamnya Dick meninggalkan gambar
tangki minyak kecil dengan sebuah pintu di dekatnya. Besoknya pintunya
ditemukan dan dipasang kembali. Sesudah beberapa hari baru dia mengakui
kejahilannya itu.
Semua langsung menuduhnya tukang
kibul karena tidak mau mengakui. Padahal jelas-jelas dia menjawab dengan jujur
sewaktu ditanyai. Saking jujurnya, seringkali tidak ada seorang pun yang
percaya padanya.
![]() |
Dick Feynman (memakai jas) ketika kecil
|
Sesudah menyelesaikan segala kegiatan
dan keisengan harian di MIT, Dick melanjutkan ke fakultas pasca sarjana di Princeton.
Suatu kali sesudah makan malam, ada pengumuman tentang kedatangan profesor
psikologi yang akan mbacot tentang
hipnotis. Rencananya akan ada demonstrasi hipnotis, jadi diperlukan sukarelawan
untuk dihipnotis.
Dick yang selalu ingin tahu hal-hal
yang tidak dimengertinya langsung semangat. Tapi waktu itu ia duduk di ujung
belakang. Ruangan itu dipenuhi oleh sekitar 200 orang, padahal hanya diminta
tiga orang sukarelawan. Dick yang khawatir tidak terlihat karena duduk di
belakang langsung siap-siap berteriak sekencang mungkin.
Sewaktu Dr. Eisenhart, dekan pasca
sarjana di Princeton, bertanya, “Jadi, saya ingin bertanya apakah ada yang
berminat menjadi sukarelawan…” Dick langsung mengacungkan tangan dan loncat
dari bangkunya sambil berteriak sekeraskerasnya karena takut tidak terdengar,
“SAYAAA…!!!” Suaranya bergaung di seluruh aula karena ternyata tidak ada orang
lain yang mengacungkan tangan dan mengajukan diri untuk jadi sukarelawan! Modiyar kueeee....
Rasa ingin tahunya ini bukan cuma
pada persoalan fisik dan psikologi saja. Di ruang makan, Dick selalu duduk
bersama kelompok orang yang berbeda setiap pekannya. Satu pekan dengan para
filosof, minggu berikutnya dengan para penggila matematika, lalu jalan-jalan ke
meja pelajar yang menekuni biologi.
Itu semua karena dia selalu ingin
tahu apa yang dibicarakan di masing-masing kelompok. Dick lalu diajak untuk
ikut kuliah fisiologi sambil ikut mengerjakan tugas dan laporan seperti pelajar
lainnya. Sewaktu dia menjelaskan catatannya di kelas biologi, dia sering
ditertawakan seluruh kelas karena salah menyebut istilah biologi. Misalnya blastomere
disebut blastophere.
Belum lagi sewaktu ada yang
presentasi tentang impuls pada syaraf. Waktu itu kucing dijadikan contoh. Ada
bermacam nama otot yang tidak dimengerti oleh Dick, jadi dia pergi ke
perpustakaan untuk mencari tahu tentang letak otot-otot itu di badan kucing.
Dengan lugu dia bertanya ke petugas
tentang peta kucing. Pustakawan itu sih
mengerti kalau yang dimaksudkan sebenarnya bagan binatang, tapi kejadian itu
begitu lucu sampai tersebar desas-desus tentang seorang mahasiswa biologi yang
sangat bodoh yang mencari ‘peta kucing’.
Saat sedang bekerja di Los Alamos,
Dick sempat membaca artikel tentang anjing pelacak. Dia terkesan sekali dengan
kemampuan penciuman anjing yang sangat hebat itu. Langsung saja dia mencoba
eksperimen dengan isterinya. Sejumlah botol minuman berkarbonasi dikumpulkan
tanpa disentuhnya, lalu isterinya diminta mengambil salah satu dan memegangnya
beberapa saat.
Dick sendiri keluar ruangan supaya dia
tidak melihat botol mana yang dipegang isterinya. Begitu dia masuk dan mencoba
menebak yang mana, dia langsung tahu dengan menggunakan cara fisika! Botol yang
sudah dipegang isterinya suhunya pasti berbeda, baunya juga jadi berbeda, lebih
lembab dan lebih hangat.
Dick menganggap percobaan ini terlalu
mudah. Jadi dicobanya lagi dengan buku di rak buku yang lama tidak disentuh-sentuh.
Isterinya memilih salah satu buku dan membukanya sebentar, lalu mengembalikan
lagi ke rak.
Sewaktu Dick masuk dan mencoba menebak,
dia langsung tahu dari kelembaban dan bau yang berbeda pada buku yang sudah dipegang.
Buku yang sudah lama tidak dipegang baunya kering. Dia berhasil mengetahui
rahasia anjing pelacak!
Rasa ingin tahu, penasaran, dan
keberanian yang dilengkapi keisengan ini menjadi modal utama Feynman saat
bekerja sama dengan para ahli fisika top kala itu. Suatu kali Niels Bohr
berkunjung dan mengajaknya ngobrol
tentang cara membuat bom yang lebih efisien. Ide-ide Bohr yang waktu itu
didewakan dibahas semua.
Dick dengan santai mengutarakan
pendapatnya. Jika ada gagasan yang menurutnya jelek, dia langsung
mengungkapkannya tanpa takut dan segan. Karena keterusterangannya inilah Dick
selalu jadi orang pertama yang diajak untuk diskusi oleh Bohr.
Semua orang yang lain selalu
menjawab: Ya, ya, Dr. Bohr. Semua begitu kecuali Dick yang berani menjawab:
Tidak, itu tak akan jalan, tidak efisien… Niels Bohr sangat terkesan dengan keterusterangannya
ini.
Di Los Alamos, semua berkas penting
tentang perkembangan pembuatan bom selalu disimpan dengan rapi dalam lemari
brankas yang dikunci dan digembok. Dick selalu merasa kunci itu masih kurang
aman.
Dia lalu membuktikannya dengan cara
membongkar satu per satu semua brankas di sana. Semua laporan yang dibutuhkannya
diambil sendiri dari brankas yang dikunci. Sesudah selesai, dia mengembalikan
laporan itu kepada yang punya. Sudah pasti orangnya langsung bingung karena
tidak pernah meminjamkan berkas itu ke siapa pun.
Dengan tenang Dick mengakui dia
mengambilnya sendiri dari brankas dengan cara membongkar kuncinya. Sejak itu
kalau ada orang yang hilang atau pergi padahal ada berkas penting di lemarinya,
mereka tinggal memanggil Dick yang bisa dengan gampang membongkar kunci
kombinasi brankas.
Kelihaian ini dipraktikkannya juga
setiap kali berkunjung ke Oak Ridge. Sampai-sampai semua orang di sana tidak
mengizinkan Dick untuk mendekati lemari brankasnya karena keisengan Dick sudah
begitu dikenal.
Sekali waktu keisengannya membongkar
brankas mencapai puncaknya. Dia membongkar tiga brankas yang berisi semua rahasia
bom atom. Ternyata ketiga brankas yang berjejeran itu mempunyai nomor kombinasi
yang sama. Otak usilnya mendorongnya untuk meninggalkan catatan di ketiga
brankas yang dibongkarnya itu.
Di brankas kedua ia meninggalkan
catatan pertama: “Aku pinjam dokumen No. LA4312 – Feynman, si tukang bongkar
lemari besi.” Di brankas pertama ia menulis catatan lain: “Yang ini tidak lebih
susah membukanya – Si Sok Tahu.” Lalu pada brankas ketiga: “ Jika kombinasinya
sama, yang satu tidak lebih susah dari yang lain – Orang yang Sama.”
Malam harinya sesudah makan malam, dia
bertemu Freddy de Hoffman, orang yang brankasnya baru saja ia utak-utik.
Sewaktu de Hoffman hendak kembali ke kantornya, Dick mengikutinya untuk
menikmati hasil keisengannya itu.
Sewaktu de Hoffman mulai bekerja, dia
membuka lemari yang ditinggali catatan yang ketiga. Wajah de Hoffman langsung
pucat pasi begitu melihat kertas kuning menyala dengan tulisan krayon warna
merah.
Tangannya yang gemetar mengambil
kertas itu dan langsung menduga-duga siapa yang sudah membongkar lemarinya:
Orang yang Sama! Pasti orang yang mencoba masuk ke Gedung Omega (waktu itu
kasus Gedung Omega merupakan berita besar dan pencurinya belum tertangkap)!
Dengan kebingungan dia bertanya ke
Dick apa yang harus dilakukan. Dick cuma mengusulkan untuk memeriksa berkasnya
untuk mencari apa ada yang hilang. Kemudian lemari yang lain juga diperiksa. Di
lemari yang pertama dia menemukan catatan kedua yang ditandatangani ‘Si Sok
Tahu’. De Hoffman makin pucat.
Begitu de Hoffman hendak membuka lemari
kedua, Dick pelan-pelan menyelinap ke pintu, karena takut dimarahi
habis-habisan. Catatan pertama pun ditemukan. Dan benar saja! De Hoffman
langsung lari mengejar Dick. Tapi bukan karena marah. Justru dia merangkulnya
karena sangat lega begitu mengetahui bahwa rahasia bom atom belum bocor. Itu
semua cuma kejahilan Dick Feynman!
Petualangannya tidak berhenti di situ
saja. Dick yang punya prinsip ‘Everything is Interesting’ ini terus saja
bersemangat menelusuri semua bidang yang sebelumnya tidak dia mengerti. Dia
berhasil memecahkan tulisan kuno bangsa Maya (hieroglif kuno), trik-trik
pesulap terkenal James ‘The Amazing’ Randi, melukis berbagai potret,
menjadi pemain bongo yang hebat, dan menguasai geografi berbagai tempat di
dunia hanya dengan cara mengoleksi perangko.
Semua kelihaian itu semula tidak
dimilikinya. Dia mempelajarinya karena penasaran. Dick tidak bisa menggambar,
jadi dia mencoba coret-coret di atas kertas. Dick tidak mengerti musik, jadi dia
asal memuukul gendang. Dia selalu memikirkan hal-hal yang tidak terpikir oleh
orang lain. Ide-idenya selalu unik tetapi sederhana.
Berbagai eksperimennya selalu disebut
simple, to the point experiment. Sampai-sampai dia dijadikan icon oleh
perusahaan komputer terkenal dalam satu iklannya: Think Different.
Semuanya dikerjakannya dengan satu syarat: bisa dikerjakan sambil main-main.
Satu kalimat yang selalu diucapkannya: What do you care what other people
think?
![]() |
That’s picture ...
|
Dick selalu menyampaikan pesan bahwa
kita harus selalu melakukan sesuatu dengan gembira. Jika berkutat dengan
masalah fisika, atau masalah apa pun, jangan pernah memikirkan apa yang bisa
didapatkan. Sebaliknya, fisika itu dianggap sebagai mainan yang bisa dijadikan
sarana untuk berpetualang.
Dengan begini, kreativitas bisa
mengalir lancar dan tanpa beban. Satu lagi resepnya untuk belajar fisika:
pelajari sendiri tanpa harus terikat dengan aturan-aturan yang sudah ada di
buku-buku pedoman. Dengan mempelajarinya sendiri, kita jadi mengerti konsepnya.
Kita pun tidak mudah lupa. Asik ‘kan?
B.Ah.Wg.031149.37.070818.12:31