Gejolak Merisak


Kilau Lampau Bangsa Asia (05)
Sketsa Lingkungan Masa Abbasiyah
Sumber: bp.blogspot.com


Nyali Amarah Demi Muruah

Kelompok-kelompok di Timur Tengah dikenal memiliki sifat mudah marah dan gemar berjuang menegakkan muruah. Mereka juga gemar bertempur untuk memperebutkan kuasa terhadap tanah. Hal ini terus terjadi sepanjang zaman bahkan saat kawasan ini menjadi lentera budaya ilmiah.

Kembalinya budaya ilmiah ke kawasan Mesopotamia ini dimulai dari Damaskus (sekarang Suriah). Damaskus menjadi pusat kekuasaan Dinasti Umayyah. Di sana geliat astronomi mulai tercurah. Sejak 700 M, selama setengah abad, para ahli gemar menekuni astronomi. Sayang, kecamuk perang berdampak pada sulitnya ilmu berkembang.

Dinasti Umayyah kemudian digantikan dengan Dinasti Abbasiyah melalui serentetan pertumpahan darah. Tak hanya perubahan wangsa penguasa, juga terjadi peralihan pusat kekuasaan. Dari Damaskus pindah ke Baghdad. Baghdad memiliki letak geografis yang strategis dan bersifat terbuka dengan hasil unjuk kerja manusia dari luar wilayah dan etnisnya.

Keterbukaan ini membawa pengaruh India ikut serta memberi warna. India banyak memengaruhi sistem bilangan.

Selain India, Yunani juga turut memengaruhi. Pengaruh Yunani banyak dimulai dari alihbahasa karya ke dalam bahasa setempat.

Alihbahasa karya Galen dalam bidang kedokteran, misalnya, yang dilakukan oleh Hunayn Ibn Ishaq (808-873 M), seorang Kristen Nestorian. Dari alihbahasa ini kemudian ilmu dikembangkan.

Baghdad dikenal pernah memiliki observatorium besar. Observatorium ini menggunakan kaidah yang diambil dari Mesopotamia. Hasil pengamatan dari observatorium ini belakangan diketahui lebih teliti ketimbang hasil pengamatan Ptolemeus, ahli astronomi yang tetap berpengaruh kuat masa itu.

Perang memang tampak mengerikan walakin tak selalu menghancurkan. Alihbahasa karya Yunani ini pun bermula dari peperangan. Kala pasukan Dinasti Abbasiyah berhasil menggempur Yunani di kawasan timur Laut Tengah, penggempuran itu membawa mereka menemukan buku-buku kuno yang mengagumkan.

Dari penggempuran itulah meski mereka tampak membikin Yunani musnah, namun pengetahuan Yunani berhasil diselematkan dari kepunahan. Perang bisa menjadi jalan perubahan pengetahuan yang mengagumkan.

Pertukaran budaya melalui jalan perang pun terjadi. Laskar Mongol yang dipimpin Genghis Khan (1167-1227 M) dikenal memiliki gelora perang yang membara dan sering menang. Mereka berhasil membabat habis Dinasti Abbasiyah yang kala itu sudah mulai melemah.

Selain membabat habis dinasti ini, Laskar Mongol juga membuka jalur perjalanan Tiongkok-Eropa. Jalur inilah yang kemudian dimanfaatkan Marco Polo (1254-1324 M) untuk membawa beragam hasil unjuk karya bangsa-bangsa Asia ke Eropa. Mulai dari mesiu, percetakan, pijakan kaki saat menunggangi kuda, hingga gerobak roda-satu.

Penemuan uang kertas di Asia Tengah yang memperlihatkan unsur huruf Tiongkok dan Timur Tengah menegaskan adanya persilangan budaya dari tempat yang jauh terpisah –yang didorong oleh peristiwa peperangan.

Benang Merah Sepanjang Sejarah

Kebudayaan Asia yang dipaparkan tak satu pun berhasil mencapai ilmu modern. Walakin  beberapa hal yang didapatkan bisa dikembangkan.

Sumbangan matematis berhasil diberikan oleh Tiongkok dan India. Eksperimen berhasil disumbangkan pengikut Mohis dan Taois di Tiongkok setelah sebelumnya mereka juga menekuni filsafat ilmu. Hanya saja rekam jejak keduanya tak lama. Timur Tengah berhasil mengembangkan bidang optik dan kedokteran yang lebih maju ketimbang capaian Yunani.

Gejala utama yang berlaku dalam perkembangan ilmu kala itu ialah kelindan antara ilmu dengan ranah yang kini tak masuk wilayah kajian ilmu, misalnya astrologi-astronomi dan perdukunan-kedokteran. Derap ilmu belum bisa maju saat pembahasan fenomena alam dengan perkara ghaib masih teraduk.

Perkembangan teknologi kala itu juga sulit maju lantaran lazimnya cendekiawan merendahkan pekerjaan tangan. Mereka gemar memisahkan ilmu dan teknologi, kegiatan berpikir dan berkarya dengan indra. Sikap ini menyebabkan teknologi kurang mendapat masukan ilmiah dan sebaliknya kemajuan ilmu kurang memanfaatkan teknologi. Sumbatan perkembangan ilmu banyak disebabkan belum adanya ‘jembatan keledai’ yang mampu mengurangi jurang terentang antara berbuat dan berpikir serta antara berpikir dan mengamati.

Walau berbeda masa, gejala yang ada di Mesopotamia juga muncul dalam peradaban India, Tiongkok, dan Timur Tengah. ‘Perceraian’ antara insinyur dan pengamat dengan pemikir serta kelindan hal-hal ghaib dengan hal-hal yang bisa diamati indera masih ada.

Tiongkok memberikan dua gejala lainnya: jalan berpikir yang mekanis dan logis disebut perlu untuk memahami alam semesta secara ilmiah serta kedudukan sosial ilmuwan –didukung atau ditolak oleh masyarakat– ikut berperan juga.

Perbedaan paling kentara antara era Mesopotamia dengan India, Tiongkok, dan Timur Tengah ialah ketiga ruang dan waktu yang disebut terakhir ini lebih berkembang, berbeda dengan Mesopotamia yang cenderung poco-poco.

Hubungan antar bangsa memiliki peran penting dalam pengembangan ilmu maupun teknologi. Hubungan ini memberikan kesempatan pertukaran budaya antar-budaya: India dengan Yunani, Tiongkok dengan India, Timur Tengah dengan Tiongkok, hingga Eropa dengan Timur Tengah.

Tanpa adanya hubungan tersebut, sulit bisa dibayangkan bagaimana ilmu dan teknologi bisa dikembangkan. Untuk bisa berkembang, bisa juga melalui serentetan pertikaian, tak melulu kemesraan. Begitu.

Sudah

B. Sb.Lg.200949.37.250616.11:40