Bermula di Mesopotamia


Kilau Lampau Bangsa Asia (01)
 
Lukisan Mesopotamia Kuno
Sumber: lhmrramsey.com
Terdapat dua masa tradisi ilmiah bergelora. Gelora yang membawa perkembangan ilmu menguat. Tahap pertama berawal dari Sumeria (kira-kira 3000 SM). Tahap pertama ini memiliki cakupan wilayah luas dan dalam jangka waktu lama. Perkembangan tahap pertama berlanjut hingga ke Babilonia dan Mesir. Bahkan pada saat yang sama, juga terjadi di Amerika Tengah (Aztec, Maya).

Tahap kedua berlangsung di daerah yang jauh dari wilayah Mesopotamia, tepatnya di kawasan Eropa Utara. Tahap ini memiliki cakupan wilayah yang sempit dan jangka waktunya lebih singkat. Permulaan tahap kedua ditandai dengan semangat Revolusi Ilmiah dan berlangsung kira-kira selama 400 tahun.

Tradisi ilmiah tahap pertama banyak bermula di kawasan yang sekarang disebut Timur Tengah. Tradisi ilmiah yang berkembang di daratan Timur Tengah tersebut juga berkembang di Tiongkok selama ribuan tahun. Di wilayah India, terutama sekitar Lembah Indus, juga terjadi hal serupa. Baru kemudian beberapa abad sebelum Masehi dimulai peradaban Yunani yang cikal bakalnya bermula di Ionia. Sekarang Ionia berada di wilayah Turki.

Belum bisa dipastikan apakah Yunani menggunakan pengertian teknis ilmiah dari kebudayaan daratan Asia yang telah ada sebelumnya. Yang dapat ditelusuri dengan bagus ialah peradaban Yunani kemudian memudar sesudah kekalahan mereka dalam peperangan dan beberapa faktor lainnya. Pudarnya pesona Yunani disusul dengan kembali menguatnya tradisi ilmiah di Timur Tengah. Pada saat tersebut, Eropa bagian utara masih banyak tinggal di rimba-belantara.

Kelindan Rasa Keingintahuan dan Acara Keagamaan

Kebudayaan Mesopotamia (sekarang Iran-Irak) sudah lama mengembangkan matematika. Kebudayaan yang bisa dibagi ke dalam dua zaman (Sumeria pada periode 3000 SM-2000 SM) dan Babilonia (2000 SM-500 SM) ini sudah bisa melakukan operasi perkalian, mencari akar kuadrat dan kubik, serta merampungkan persoalan persamaan linear.

Kebudayaan Sumeria, yang lebih dahulu dominan di kawasan itu, pernah menggunakan sistem bilangan desimal (berdasarkan angka 10) sekitar setengah milenium sebelum beralih ke sistem bilangan seksagesimal (bilangan berdasarkan angka 60). Sistem seksagesimal juga dipakai di Tiongkok.

Selain matematika, astronomi juga mulai berkembang. Pengamatan benda-benda langit mulai berjalan sejak 1000 SM dan cara pengamatan semakin bagus sejak 700 SM. Dari hasil pengamatan mereka bisa meramalkan peristiwa periodik alam semacam gerhana Bulan (setiap 18 tahun sekali) dan peredaran planet, seperti Venus. Sejumlah nama rasi bintang yang dipakai sekarang berasal dari hasil budaya daratan Mesopotamia ini.

Kegiatan ilmiah di kawasan Timur Tengah kala itu bukan hanya terkait intelektual walakin ritual. Keperluan agama kala ‘fajar peradaban’ banyak bergantung pada astrologi. Mereka yakin bahwa pergerakan benda-benda langit berperan pada kehidupan di planet Bumi, mulai dari penobatan raja baru hingga daur proses pertanian. Dengan ungkapan lain, orang perlu mengetahui gerak benda-benda langit untuk memahami kehidupan di planet Bumi. Hal seperti ini juga terjadi di wilayah lain, termasuk Tiongkok.

Bersambung ….

B. Sb.Lg.200949.37.250616.11:36