— CL of 2NE1, devil's face and angel's heart
“I
go by the name of CL of 2NE1. It's been a long time coming, but we're here now
and we about to set the roof on fire baby (Uh oh). You better get yours cause
I'm gettin' mine.”
— Lee Chae-rin (이채린) dalam membuka langgam Fire
Cara Lee Chae-rin (이채린) memperkenalkan dirinya sebagai
pendatang di industri hiburan sangat mengesankan. Melalui debutnya bersama 2NE1
dengan tembang Fire, puan yang disapa
CL ini mengenalkan dirinya terlebih dahulu sebagai bagian kelompok tersebut, kemudian
memberikan peringatan terkesan arogan bahwa kelompok yang dipimpinnya berani
bertarung dengan gaya yang disurung menghadapi kelompok mapan walau berbeda
gaya dengannya. Cara indah dan rendah hati sebenarnya.
Keberhasilan 2NE1 menggelinjang sejak
awal memperkenalkan diri di industri hiburan tak dimungkiri dibantu oleh
keadaan lingkungan. 2NE1 hadir ketika selera sedang mangkrak yang membikin
khalayak mendamba nuansa beda. Ketika kelompok puan yang ada banyak memberikan
rasa lemahlembut dan kenes, 2NE1 hadir dengan memberikan rasa tegas dan fearless.
Saat itu kebanyakan kelompok puan
lebih banyak memberikan sajian musik bercitarasa Bubblegum pop. Sedangkan 2NE1 hadir dengan memberi warna beda
melalui sajian musik bercitarasa Hip hop,
R&B (Rhythm and blues), Rock, dan Elektronic yang dipadu apik.
Park Bom memegang peranan penting di
sini. Dia adalah lead vocalist
sekaligus ikon suara 2NE1. Suara intan Bom bercitarasa R&B walakin apik ketika berpadu dengan alunan melodi berjenis Rock. Sementara CL, memperkaya nuansa
rasa yang diberikan dengan kemampuannya sebagai lead rapper serta backing
vocalist yang menawan. Hal ini berhasil dengan segara menahbiskan 2NE1
keluar dari bayang-bayang kelompok puan yang sudah lebih dulu ada.
“2NE1
was special because we each had different characters and styles, for individual
tastes,” ungkap puan tomboi ini. Dia memang benar. Berada di kelompok yang
memiliki keragaman kepribadian dan citarasa membuatnya bisa lebih leluasa tanpa
memaksa punggawa lainnya. Tak hanya memiliki keragaman kepribadian dan citarasa
saja, 2NE1 bahkan sengaja dirancang untuk memadukan ragam perbedaan tersebut
agar menjadi apik. Tidak mudah memang, tapi juga tak mustahil ‘kan?
CL memiliki karisma semenjak usianya
masih belia. Bisa jadi dia memang sudah berkarisma ketika masih di dalam
kandungan ibunya. Karisma kuat CL membuatnya dipilih menjadi leader di 2NE1, kelompok yang dua
punggawanya berusia lebih tua tujuh tahun darinya. Malah sesudah Minzy tak ikut
lagi bersama 2NE1, CL tercatat sebagai punggawa termuda. Seorang kelahiran 26 Februari
1991 yang sangat dihormati oleh dua puan kelahiran 1984. Dara adalah orang yang
paling terlihat memberikan hormat, dan tak malu mencium tangan CL.
Tak hanya berkarisma kuat, CL juga
memiliki kecerdasan. Dilahirkan di Korea oleh orangtua berdarah Korea, CL harus
rela hidup nomaden; di Tsukuba
Science City, kemudian Paris, dan kembali ke Seoul. Hal ini memberikan
kesempatan untuk mengasah kemampuan beradaptasi dengan perbedaan lingkungan
yang memperkaya dan mewarnai pengalamannya. “I feel like an alien sometimes, where I don’t feel like I belong
anywhere,” akunya. “Culturally, I’m
not 100 percent Korean. I’m very mixed, and very open.”
CL tak sepenuhnya menghabiskan masa
balita hingga remaja di Korea. Walakin, dia memahami dengan bagus lingkungan
Korea ketika kembali ke sana. Lingkungan yang sedang getol-getolnya membangun
industri hiburan sebagai cara mereka berbicara pada dunia bahwa mereka bisa
berada di atas bangsa dan negara lainnya.
Lingkungan yang demikian menyebabkan
banyaknya audisi yang digelar agensi menjadi peristiwa biasa. Para remaja
bergerilya memperebutkan kesempatan untuk menggelinjang di ranah hiburan.
Bagusnya mereka tak serta merta melunturkan budaya warisan leluhur. Lingkungan
seperti ini pun diikuti oleh CL.
Penggemar Queen, band rock asal
Britania, tak malu kalau dirinya mengikuti arus. CL tak bersikap sok beda
dengan melawan arus. Dia hanya mengikuti nuraninya, yang ada kalanya tampak
mengikuti arus, bisa juga melawan arus, atau bahkan membuka arus baru.
Dalam karirnya sendiri CL memberikan
contoh. Dia pernah merilis langgam berjudul The
Baddest Female, nyaris bersamaan dengan Lee Hyori yang merilis langgam
serupa berjudul Bad Girls (judul yang
sempat dipakai CL sebelum merilis). Hal ini sempat memberikan sematan padanya
sebagai the next Hyori. Puan yang
juga menggandrungi Madonna inipun pernah merilis langgam berjudul Hello Bitches, saat Hello milik Adele masih hangat. Gara-gara waktu perilisan
berdekatan, CL diberi sematan anti-Adele.
Tak hanya dua kali namanya disematkan
pada nama terkenal lainnya. Pemilik nama English
Faith Lee pun pernah disebut sebagai Korean
Katy (Katy Perry), the new Nicki
(Nicki Minaj), G-Dragon female version,
maupun Asian Iggy (Iggy Azalea).
Sematan lainnya juga diberikan oleh beberapa kalangan.
Saya sendiri lebih senang menyebut CL
sebagai Mike Shinoda female version,
lantaran Linkin Park dan 2NE1 sama-sama termasuk personalitas saya dan peran CL
di 2NE1 serupa dengan peran Mike Shinoda di Linkin Park. Walau demikian, saya
bahagia CL mengikuti nuraninya sendiri dengan disertai semangat untuk
memperkaya diri sembari merasakan rasa liyan.
Sebagai musikus, CL termasuk ke dalam
jajaran singer-songwriter. Dia tak
sekedar menerima karya orang lain untuk diperkenalkan pada khalayak, walakin CL
juga ikutserta menulis lirik dan menggubah alunan musik. Keteladanan yang
diberikan membikin para punggawa kelompok yang dipimpin pun mengikutinya.
2NE1 berhasil menorehkan catatan
bahwa mereka adalah kelompok puan yang ikutserta berkarya bersama tim mereka.
Masing-masing memberikan peran yang dikuasainya, penulisan lirik, penggubahan
melodi musik, tata video musik, tata panggung, ragam tarian yang dibawakan, dsb
dst. Sehingga penampilan mereka terlihat sangat menjiwai dan percaya diri.
Ayahnya, Lee Ki-jin (이기진), adalah sosok penting di balik
perkenalan CL dengan musik. Kijin adalah profesor fisika sekaligus penulis dan
ilustrator buku yang sekarang bekerja di Sogang University. Laiknya anak puan
yang lebih dekat dengan ayahnya, CL juga demikian. Hubungan CL dan Kijin sangat
intim seperti halnya Paris Hilton dan Rick Hilton. CL sangat menghormati
ayahnya dan Kijin sangat menyayangi anaknya ini.
Rasa hormat dan sayang dalam ikatan
keduanya membuat CL betah di rumah. CL, yang sejak lahir hingga sebelum
berkarir disapa Chaerin, selalu berwajah cerah dan ceria ketika di rumah. Hal ini
memang membahagikan, walakin juga mencemaskan.
Kijin khawatir kalau CL hanya bisa
bahagia di rumah sehingga ia ragu perjalanan anaknya ini ketika masuk bangku
sekolah. Aplagi saat CL hendak masuk taman kanak-kanak (TK), dia belum bisa
bercakap menggunakan bahasa Jepang, lingkungan yang ditinggali mereka saat itu.
Lebih mengkhawatirkan Kijin lagi, pada hari pertama masuk TK, Chaerin terlihat
sangat tegang. Puan yang kini dikenal pemberani inipun justru memegang erat
tangan ayahnya dan tak mau ditinggal. Padahal letak TK tempat Chaerin
disekolahkan tak jauh dari rumah mereka.
Belakangan kecemasan Kijin segera sirna
sesudah menyaksikan keadaan Chaerin yang menikmati lingkungan sekolah. Setelah
sempat dikhawatirkan tak betah di sekolah, Kijin belakangan lega menyaksikan
putri cantiknya ini senang membawa tas dan rajin bertanya banyak hal terkait
bahasa Jepang.
Ada semangat ingin membaur dengan
lingkungan bersama liyan yang
diberikan Chaerin. Dalam hal pertemanan, Chaerin kecil dikenal sebagai ‘pemburu’
teman yang tak malu-malu mendekati orang lain untuk diajak bermain bersamanya. Dia
jauh sekali dari karakter ‘menunggu’ didekati orang lain. Karakter yang lekat
dengan laki inipun mengendap kuat dalam jiwanya.
Walau sudah menikmati keseharian
dengan lingkungan barunya, Chaerin masih menikmati keseharian di rumah. Dia
tetap seperti semula, rajin nginthil
ayah serta akur bermain dengan adiknya, Lee Ha-rin (이하린). Kepada dua putrinya ini, Kijin
mengajarkan cara menulis dan membaca aksara Hangul, salah satunya dengan
memperlihatkan buku bergambar.
Kijin juga mengajari mereka menyusun
buku cerita dengan memberikan kertas kosong, menaruh pena, dan menyuruh mereka
menuliskan cerita. Dua anak ini rajin meminta cerita sebelum tidur ini, bahkan
setelah matanya tertutup dan ceritanya selesai suara mereka yang meminta cerita
lagi tetap terdengar. Kebiasaan ini dimanfaatkan Kijin dengan hanya menyuruh
dua putri cantiknya menulis pengembangan terkait cerita yang mereka terima.
Kreatifitas Chaerin benar-benar
digali sedari dini oleh Kijin. Di tengah kesibukan dengan beragam penelitian
dan pekerjaan yang harus diselesaikan, Kijin selalu menyempatkan waktu bersama
keluarganya. Bercengkerama sejenak, sekedar bertanya kabar keseharian mereka,
hingga menyempatkan waktu mendidik mereka secara langsung. Bukan tak percaya
pada sekolah, walakin untuk memperkaya dan memberi warna berbeda.
Kreatifitas Chaerin dalam menulis
yang ditanamkan Kijin malah sempat membuatnya kewalahan menghadapi putrinya
yang masih anak-anak ini. Chaerin tak sekedar mengembangkan cerita yang
diterimanya, dia juga sudah bisa mengarang cerita baru. Kijin memanfaatkan
potensi ini untuk melibatkan dirinya berkompetisi dengan buah hati. Kijin masih
merekam dengan baik dia mengarang cerita tak masuk akal yang diberi judul Headbutt Kkak Kka. Kijin menyebut cerita
tersebut tak masuk akal. Meski demikian, dia senang bisa menanami daya
imajinasi putri cantiknya ini.
Kijin termasuk salah seorang yang
meyakini bahwa musik adalah piranti jitu untuk membantu mengasah kreatifitas.
Hal ini diperkuat dengan selera musiknya yang bagus. Musik-musik bergizi seperti
dari Queen, Madonna Louise Ciccone (Madonna), Lauryn Hill, maupun Kimberly
Denise Jones (Lil Kim), adalah sajian keseharian Chaerin. Chaerin sendiri
mengakui sangat mengagumi, terpengaruh, dan terinspirasi dari sajian bergizi
yang dilahapnya semenjak anak-anak. Chaerin bermimpi bisa menghasilkan karya
sehebat Queen dengan gaya Lil’ Kim dan Lauryn Hill, serta menjadi immortal woman laiknya Madonna.
![]() |
| Born to be a Queen |
Ketika kembali ke Korea saat kelas 6, Chaerin mulai jatuh cinta pada dunia tari. Dirinya mulai belajar trian jazz lalu menekuni cara berunjuk rasa melalui kelihaian memainkan lekuk tubuh ini dengan ikut berlatih di salah satu sanggar di Hongdae.
Dalam dunia tari pun Chaerin tak puas
menjadi orang yang memainkan tarian susunan liyan.
Dengan percaya diri dia menyusun koreografi yang dimainkan dan direkam sendiri.
Sebagian orang mungkin menertawakan sikap seperti ini, sebagian lagi
mengapresiasi. Apapun itu, yang jelas, keberanian berekspresi penting
ditanamkan sejak dini. Keberanian berekspresi memberikan rasa percaya diri
sekaligus bertenggang rasa dan bertoleransi, walau percaya diri tak jarang dipandang
sebagai sikap arogan.
Tak sampai di situ saja, Kijin juga
menanami kemampuan dalam menggambar. Chaerin merasa masa kecilnya berlangsung
menakjubkan, salah satunya adalah dia merasakan sentuhan langsung kasih sayang
dari sang ayah. Kebolehan unjuk rasa menggunakan bentuk rupa pun dipakai
Chaerin untuk mengekspresikan rasanya sesudah menikmati kebersamaan hangat
dengan sang ayah ketika keduanya menikmati masa-masa hidup bersama di Paris.
Chaerin, hidup di Paris sejak usia 13
tahun. Sesudah menghabiskan dua tahun di sana, mereka bersiap untuk balik ke
tanah leluhur di Korea. Chaerin, yang mulai memasuki masa remaja, berhasrat
kuat membuat liburan penghabisan menjadi berkesan tak terlupakan. Dia bersama
keluarganya melakukan segala hal agar liburan tersebut bukan liburan biasa.
Terutama dengan sang ayah, Chaerin
menghabiskan waktu dengan hal biasa walakin kesannya sanggup merasuk sukma. Dua
pribadi yang lekat inipun menikmati jalannya waktu dengan duduk di lantai
museum sambil menggambar, diselingi makan sup bawang ketika perut lapar. Hal
biasa memang, walakin bagi dua sosok yang terikat dengan cinta dan saat mereka
tak bisa selalu bersama, hal seperti ini memberikan rasa yang mengakar kuat.
Rindu yang dipendam akan menemui suasana dan saat tepat hingga pelepasannya
menghantam sukma terdalam.
Tahun 2005, ketika mereka kembali ke the sweetest place for them Korea
selatan, Chaerin mulai tertarik dengan panggung industri hiburan. Chaerin memulai
dengan mengikuti audisi di JYP Entertainment. Sayang, walau sempat diterima, dirinya
hanya sejenak saja ikut berlatih di sana. JYP Entertainment kurang memberikan
kenyamanan pada Chaerin, bahkan dengan mudahnya mereka melepas sosok bertalenta
istimewa.
Kepergian Chaerin dari agensi asuhan Park
Jin-young (박진영)
seakan dibekali rasa sebagai ‘orang terbuang’. Rasa yang mendorongnya untuk never surrender her dream, walakin
dengan percaya dirinya mengikuti battle
untuk bergabung dengan agensi besar lainnya di Korea, YG Entertainment. Di
tempat asuhan Yang Hyun-suk (양현석)
inilah talenta istimewa Chaerin terwadahi dan terus tergali.
Chaerin tak mau setengah-setengah
dalam memainkan Bicycle Race yang
dilakoninya. Seteah bergabung dengan YG Entertainment, Chaerin memilih untuk
menggali potensi untuk menggelinjang di industri hiburan. Dia pun melepaskan
bangku sekolahnya.
Ayahnya, Kijin, memberikan dukungan
penuh pada putrinya ini. Dia tak memaksa putrinya menikam jejaknya sebagai
buruh intelektual di Sogang University. Dia pun mengenang Brian Harold May,
gitaris Queen sekaligus astrophysicist,
sempat meninggalkan bangku kuliah doktoralnya ketika Queen mulai meraja.
Kijin bahkan memberikan apresiasi
pada putrinya lantaran mampu menemukan sesuatu yang dicintai di usia yang masih
muda. Dia mendorong Chaerin untuk menekuni pilihannya sembari memberikan
tawaran peluang kalau gagal. Kijin menyatakan pada Chaerin bahwa jika Chaerin
tidak bisa debut, dia bisa membuka toko baju.
“I
didn't stop Chaelin when she went under YG Entertainment and declared she would
drop out of high school. Being able to find something you love and are good at
when you are only in your teens is very lucky. I thought that if she can't
debut, then she can just open a clothing store.” ungkap Kijin.
“My
parents know how to play even better than I do. Also, even from when I was
young, my parents never scolded me or forced me to do things. I grew up in with
freedom and learned to be responsible myself. They wouldn’t scold me even if I
didn’t do well in a test as to them, it was my own decision to do so. They
would tell me that my future is in my own hands and that they would like me to
find a job that I would have fun in. I was terrified that I was solely
responsible for my life. Also, I was entrusted with the responsibility to
manage my own money from the moment I debuted. When I was sixteen, (Dad) made
me a passbook and told me to rely on myself to become a beggar or a rich
person. So since then, I had to learn how to manage my own money.” kenang
CL.
Tak begitu lama waktu yang diperlukan
Chaerin untuk mulai pengalamannya tampil sebagai penghibur di depan umum. Tahun
2007, adalah tanggal terkenang bagi Chaerin. Dirinya mulai menyapa khalayak
dengan ikut serta urun rasa melalui karya Big Bang melalui langgam Intro (Hot Issue).
Dalam langgam sepanjang 1 menit 23
detik ini, Chaerin berpadu apik dengan leader
Big Bang yang belakangan menjadi sahabat intimnya, G-Dragon [Kwon Ji-yong (권지용)]. Awal mula perpaduan beda raga
serupa rasa dimulai dari sini langgam yang dirilis pada 22 November 2007 dalam extended play kedua Big Bang, Hot Issue.
Kesempatan menambah pengalaman
didapatkan Chaerin lagi beberapa bulan kemudian. Melalui langgam DJ, Chaerin unjuk kebolehannya sebagai rapper. Langgam ini dirilis pada 03 Juli
2007 melalui extended play Uhm
Jung-hwa (엄정화)
yang berjudul D.I.S.C.O.
Langgam sepanjang 3 menit 52 detik
tersebut menjadi penampilan perdana Chaerin membawakan gaya rap berpadu dengan cita rasa pop dari Jung-hwa. D.I.S.C.O sekaligus menjadi album perpisahan Jung-hwa dari dunia
tarik suara setelah kemudian dirinya memilih menekuni dunia peran. Pada 2008
juga Chaerin ikut terlibat dalam langgam What
yang pengisi suaranya diurun keroyokan oleh YMGA, YG Family, dan DJ Wreckx.
18 Oktober 2008, Chaerin resmi menerima
pinangan sebagai punggawa sekaligus pemimpin di kelompok puan bernama 2NE1.
Satu langkah indah yang mengantarkan namanya ke jajaran musikus papan atas.
Jalan panjang yang ia lalui telah sampai pada gerbang. Gerbang pertarungan
sekaligus perjuangan baginya untuk tetap menggelinjang mewujudkan impian.
Bagi Chaerin, musik memiliki
kemampuan melintas batas ruang dan waktu. Dia meyakini sepenuhnya bahwa musik
tetap bisa dinikmati walau tanpa memiliki pemahaman terhadap bahasa lirik yang
menyertainya. Hal ini membuatnya tak ragu melantunkan kata-kata Korea untuk
menyapa dunia.
Farrokh Bulsara Queen
menginspirasinya dalam melakoni sisi sebagai penghibur. Sementara penghibur
yang dikenal dengan nama Freddie Mercury, memiliki gaya yang terkesan extravert, secara pribadi laki
bergenetik Persia ini memiliki kepribadia introvert.
Chaerin meniru langkah ini dengan terlihat sangat garang ketika menjadi CL, walakin
dirinya penuh kasih sayang ketika menjadi Chaerin. Peniruan adalah wujud pujian
abadi paling dalam.
Lebih dari peniruan, kekayaan peradaban
di planet Bumi menunjukkan bahwa tidak ada sosok rasul dan nabi yang
mendaku diri mereka suci. Semua rasul maupun nabi malar menampilkan kesan sekaligus
menyebut mereka sebagai sosok yang zalim. La
ilaha illa Anta, Subhanaka, inni kuntu min adz-dzalimin, Nolza!
“Neo
eomneun sigan soge gatyeobeorin nan, apeul bol suga eobseo neomu duryeowo.”
— CL, part of Come Back Home 2NE1
K.Ah.Kl.190749.37.240716.11:49

















