Menggelinjang Sewindu, Terkenang Selalu


— Serial Mengenang kejayaan duo Ratu (1)


Lahirnya Ratu menjadi semacam perpaduan penataan Ilahi-Rabbi. Pasalnya, tiga pemeran utama dibalik lahirnya Ratu dipertemukan begitu saja tanpa pernah diharap dan disangka, yang nyatanya sedang memiliki grenengan sama. Ahmad Dhani Prasetyo, melihat ada peluang untuk mengorbitkan Maia Estianty yang saat itu masih menjadi istrinya untuk berkarir sendiri. Sementara rekan Maia ketika pertama kali membentuk Ratu, Pinkan Ratnasari Mambo, juga memiliki hasrat kuat untuk bisa menjadi penyanyi. Klop.

Maia, Bertalenta Sebelum Remaja

Maia Estianty merupakan anak kelima dari pasangan suami-istri Harjono Sigit dan Kusthini. Ia dilahirkan di Surabaya, 27 Januari 1976. Maia masih memiliki hubungan darah dengan sosok penting Nusantara, yaitu cicit dari Oemar Said Tjokroaminoto.


Sejak masih anak-anak, Maia sudah menampakkan kepribadian maskulinnya. Ia sangat galak dan tak takut berkelahi dengan orang lain. Seperti pernah ia ungkapkan, ketika menjadi siswa di SD Katholik Yohanes Gabriel Surabaya, Maia pernah memukul temannya dengan benda keras hingga temannya tersebut mengucurkan darah deras.

Walau nakal, Maia juga juga termasuk anak yang pintar. Ia sudah mulai menekuni musik sejak masih SD. Piano menjadi instrumen musik yang digandrunginya Sejak masih SD pula ia sudah menunjukkan kepribadian sebagai pemimpin. Maia adalah pemimpin marching band di sekolahnya, yang mampu ia pimpin hingga berhasil merengkuh gelar juara tingkat nasional dalam satu kejuaraan.

Memasuki masa SMP, Maia mulai merambah ranah modeling. Ia rajin mengikuti kompetisi modeling untuk remaja. Hingga akhirnya Maia berhasil menahbiskan diri sebagai juara dalam ajang modeling remaja yang diselenggarakan Yess. Keberhasilan ini memberikan kesempatan padanya untuk menerima tawaran menjadi model.


Selain melebarkan sayap ke ranah modeling, ia juga mulai bekerja paruh-waktu di sebuah stasiun radio dan belajar cara menjadi DJ (disc jockey). Pada saat milad-nya, Maia diperkenalkan kepada Dhani oleh temannya. Sebelum bertemu Maia, Dhani juga sudah lama menekuni piano. Kesamaan ini membikin keduanya berkarya bersama, dengan menulis lirik lagu dan mengompos musik menggunakan piano.

Sayang, ketika SMA, Maia sempat berpacaran dengan orang lain sebelum Dhani. Hanya saja hubungan pacaran Maia saat itu tak bertahan lama dan ia pun akhirnya jatuh ke dalam pelukan Dhani. Kegiatan pacaran Maia turut berpengaruh terhadap prestasinya di sekolah. Nilai-nilainya turun drastis sesudah ia mulai pacaran. Walau demikian, Maia berhasil menorehkan prestasi sebagai DJ terbaik se-Jawa dan Bali pada tahun 1993.


Prestasi di sekolah yang berantakan membuatnya sempat bersitengang dengan sang ayah. Ayahnya yang bekerja sebagai dosen ITS memberikan lampu merah pada hubungan intim Maia dan Dhani. Selain itu, orangtua juga tak mendukung Maia yang mulai tekun bekerja ketimbang ‘belajar’.

Maia memang sudah mulai menjadi pendukung vokal Dewa 19, bandnya Dhany, saat usianya masih 18 tahun. Hanya saja orangtua Maia ingin anaknya kuliah dan menunda bekerja dulu. Setelah melalui serangkaian perdebatan, akhirnya mereka menemukan jalan keluarnya. Hubungan Maia dengan Dhani direstui, Maia masih tetap melanjutkan kuliah sambil bekerja.

Selepas lulus SMA, Maia melanjutkan sekolahnya ke Universitas Indonesia. Mulanya ia mendaftar di program studi Sastra Belanda, namun kemudian salto ke program studi Komunikasi. Hubungan dengan Dhani pun berhasil dilegalkan setelah keduanya menikah beberapa saat kemudian, sesudah Dewa 19 tegap menancap di puncak Terbaik-Terbaik.

Sama-Sama Bekerja

Maia dan Dhani adalah perpaduan dua orang yang sama-sama berkepribadian kuat dan pekerja keras. Selain menjadi ibu rumah tangga, Maia juga membantu suaminya saat itu dengan ikut serta memperkuat Dewa 19. Sementara Dhani, terus mewujudkan ambisinya di ranah musik. Selain menjadi leader dan playmaker di Dewa 19, Dhani juga menjadi produser grup band paling disayanginya ini. Selain memproduseri Dewa 19, Dhani juga mulai mengorbitkan nama-nama baru: Ahmad Band, yang dibentuk saat Dewa 19 dirisak kuldesak; bertandem dengan tulang punggung Dewa 19, Andra Ramadhan; serta mengorbitkan Reza Artamevia.

Melihat kenyataan dirinya bisa mengorbikan Reza, timbul rasa ketaktulusan dari Dhani. Gara-garanya ia melihat Reza yang digarapnya ini bisa memperoleh kesuksesan besar. Reza kerap menerima tawaran manggung. Namun sial bagi Dhani. Ia tak pernah mendapat bayaran resmi dari hasil manggung-nya Reza. Bayaran resmi hanya diterima Dhani ketika mengerjakan album di awal saja. Selain itu, ia juga merasa sayang kalau kemampuan Maia tak dikembangkan. Dari ketaktulusan inilah muncul gagasan yang brilian untuk (jika dilihat tahun 1999) dan menghancurkan untuk tahun (2007).

Pinkan, Berani Demi Mewujudkan Impian


Pinkan sangat senang bernyanyi. Setiap kali melihat penyanyi kafe, selalu terbersit keinginan untuk jadi seperti mereka. Hal ini just because ingin membantu ibunya dalam memenuhi kebutuhan harian. Pinkan sangat berhasrat ingin membiayai sekolah kedua adiknya.

Dewi fortuna ternyata berpihak kepadanya. Saat itu tahun 1998 ketika seorang teman bernama Ifa, salah satu penyanyi di kafe yang sering ia datangi, bilang kalau suara Pinkan bagus. Selain itu, ia juga menawari Pinkan bekerja sebagai penyanyi kafe. Waduh, perasaan Pinkan senang bukan kepalang. Ifa sepertinya tahu apa yang dipikirkan Pinkan.

Tanpa menunggu waktu lama, ia obrolkan tawaran ini kepada ibunya. Tadinya ia khawatir ibu bakal marah dan melarangnya, tapi ternyata tidak. Sebaliknya, ibu sangat mendukung. Beberapa hari kemudian Pinkan sudah menjadi penyanyi kafe bersama Nuansa Band di Amigos Café.

Ternyata, tidak semua orang senang dengan profesi barunya ini. Karena, selain jam kerjanya yang sampai lewat tengah malam, citra pekerja penyanyi kafe di masyarakat memang terlanjur cemar. Terlebih saat itu Pinkan masih kelas 2 di SMA Cendrawasih, Cilandak, Jakarta Selatan.

Untunglah, Ibu selalu menghiburnya. Ia masih ingat saat ibunya bilang bahwa setiap orang punya mimpi yang bisa didapatkan jika dikejar. Ibunya juga mengajari Pinkan untuk tidak takut melakukan sesuatu yang baik dalam hidup. Ibunya memang luar biasa. Untuk membuat Pinkan percaya diri, selama beberapa waktu ia rajin menemani putrinya menyanyi hingga tengah malam.

Pinkan pernah bernyanyi di hampir seluruh kafe yang ada di Jakarta. Menjelang usia 19 tahun, karena kegigihan kerja dan jam terbang yang lumayan, posisi Pinkan bisa dikatakan sudah sejajar dengan penyanyi kafe senior. Tentu saja posisi ini berpengaruh pada bayaran yang diterimanya. Jika awalnya hanya menerima bayaran sebesar Rp 27.500 untuk menyanyi selama 3 jam, setelah posisinya setara dengan penyanyi kafe yang lebih senior, bayarannya meningkat sepuluh kali lipat untuk sekali tampil.

Meski kariernya sebagai penyanyi kafe terbilang sangat bagus, tapi ia tak merasa puas. Pinkan merasa masih bisa melakukan sesuatu hal yang lebih besar dari sekadar penyanyi kafe. Pinkan ingin maju dan berkembang. Ingin go public. Akhirnya, ia mencari cara agar bisa mencapai keinginannya itu.

Mencari Perhatian Dhani

Nama Dhani terlintas. Pinkan  berpikir kalau Dhani bisa sukses mengorbitkan Reza Artamevia, pasti juga bisa mengorbitkan Pinkan. Ia ingin segera menemui Dhani, dengan cara apapun. Keinginan bertemu Dhani akhirnya disampaikan kepada teman dekatnya. Teman Pinkan tersebut memberitahukan bahwa Dhani biasa nongkrong di Regal's Café di Pondok Indah Mall.

aat yang ia tunggu-tunggu itu akhirnya tiba juga. Suatu hari ia melihat Dhani saat sedang ke mall tersebut. Tanpa pikir panjang, ia menghampiri Dhani. Tanpa basa-basi ia meperkenalkan dirinya dengan gaya manja.
Halo mas, namaku Pinkan. Suaraku bagus. Aku mau dong dibuatin album kaya Reza,katanya mulai menyapa dengan berani.
Sebagus apa suaramu?” Tanya Dhani dengan tersenyum.
Dengan pede Pinkan bilang, Bagus banget, malah lebih bagus dari Reza.
Masa? ujar Dhani tak percaya sekaligus menggodanya.
Iya, malah sebagus Mariah Carey, Pinkan berusaha meyakikan.
Pinkan memanfaatkan pertemuan singkat tersebut dengan meminta nomor telepon Dhani. Dhani sebenarnya mudah dihubungi, hanya saja karena ia pekerja keras, pekerjaan sering menyumbatnya.

Esoknya, Pinkan segera menelepon Dhani. Tak ada cerita selain tanpa ditanggap. Berbagai alasan ia terima dari pembantunya mengenai Dhani. Sedang tidurlah, sedang pergilah, sakitlah, macam-macamlah pokoknya. Hingga di hari kelima, Maia Estianty justru yang mengangkat telepon Pinkan. Pinkan mengungkapkan maksudnya pada Maia. Dari percakapan keduanya, terlintas dalam hati Maia untuk mengajak Pinkan ikut serta dalam proyeknya. Proyek membentuk duo, satu vokalis dan satu pemain kibor sekaligus pendukung vokal.

Pinkan sempat bingung karena targetnya adalah menjadi penyanyi solo. Ia ingin menikam jejak Mariah Carey dan Whitney Houston yang menjadi role singer baginya. Walakin tawaran itu tetap ia terima. Keesokan hari, Pinkan datang ke rumah Dhani dan Maia. Ia katanya hendak diaudisi dulu, namun belum selesai satu lagu, Dhani dan Maia sudah setuju. Setuju menerima Pinkan ikut serta dalam proyeknya itu. Sejak itulah Pinkan beralih pekerjaan dari penyanyi kafe di Jakarta menjadi penyanyi panggung di pentas nasional.

Namun Pinkan justru menemui jalan terjal tak terdua. Ia baru sadar bahwa  membuat album itu butuh waktu dan energi yang besar. Vokal Pinkan terus digojlok habis oleh pasangan musisi ini melalui backing vocal di Dewa 19. Jadwal manggung Dewa serta latihan vokal yang diberikan oleh Dhani malah sangat mengganggu jadwal kuliah Pinkan. Awalnya ia berpikir bisa berjalan beriringan dengan kuliah. Tapi ternyata salah.

Akhirnya, kuliahnya di Jurusan Ekonomi Akuntasi Universitas Trisakti yang sudah semester tiga ditinggalkan. Ia memang merasa sayang saat hendak meninggalkan kuliah. Butuh perenungan matang. Ia masih ingat susah payahnya dulu bekerja agar bisa kuliah. Tapi mau bagaimana lagi. Daripada tidak serius, lebih baik uang kuliahnya digunakan untuk uang kuliah adiknya. Ibu pun tak mempersoalkan hal itu. Lagipula, bukan tanpa maksud Sang Hyang Widhi mempertemukannya dengan Dhani dan Maia, walau ia memang mengupayakannya.

Ngalap Berkah Idola Sepanjang Masa

Cukup menggandeng Pinkan, proyek Dhani dan Maia pun mulai berjalan. Oleh Dhani, duet Maia-Pinkan diberi nama Ratu. Dhani, yang sudah mentas lama bersama Dewa 19, justru tak memberi nama Dewi pada duo yang diperkuat istrinya itu. Padahal saat itu angka ‘19’ sedang ditanggalkan Dewa 19. Dewa 19 menanggalkan angka ‘19’ sejak album Bintang Lima hingga Laskar Cinta.

Nama Ratu diambil dari alihbahasa Queen. Queen merupakan grup band paling digandrungi Dhani. Ia bahkan konsisten memperingati hari wafatnya Freddie Mercury setiap 05 September di rumahnya dengan mengundang rekan seperjuannya, mulai Andra, Ari, termasuk Maia. Dhani gemar menyelipkan sesuatu yang terkait dengan segala yang digemarinya. Istilahnya Dhani melakukan hal itu demi ngalap berkah. Maia dan Pinkan pun setuju menggunakan nama Ratu.

Konsep duo yang diperkuat seorang yang ngotot, ialah Maia, dan seorang yang nekat, ialah Pinkan, mulai disusun. Dengan mengadaptasi konsep duo dari Roxette (asal Swedia) dan Savage Garden (asal Australia), mereka mulai menggarap bersama. Maia yang memiliki kemampuan bagus dibiarkan oleh Dhani untuk mengatur semua urusan Ratu. Sementara peran Dhani istilahnya sebagai ‘konsultan’ saja setelah meletakkan pondasi pada duo ini.

Maia memilih mengusung citra elegan sebagai gaya panggung Ratu. Wajar saja, Maia adalah seorang perempuan maskulin. Namun keinginan Maia kalah dengan pesona Pinkan yang centil. Khalayak pun kemudian lebih mengenal Ratu sebagai duo centil.

Mendapat pekerjaan baru, Pinkan segera mengabari ayahnya yang sudah pindah ke Manado. Setelah ibu dan ayah mereka bercerai saat ia masih berumur lima tahun, belum sekalipun Pinkan melupakan sang ayah. Terlebih sang ibu selalu berusaha agar tak melupakan sang ayah meski sudah berpisah. Ibunya Pinkan bahkan sangat ingin mempertemukan ketiga anaknya dengan ayah mereka. Sayang biaya masih menjadi kendala utama.

Pinkan, yang mulai hidup berkecukupan, akhirnya bisa nyambangi ayahnya di Manado tahun 2001. Senang bukan kepalang ia rasakan. Hubungan Pinkan dengan ayahnya memang tak terlampau istimewa ketimbang dengan ibunya. Tapi bagaimanapun juga, ketika sudah bertahun tak berjumpa, selalu ada rasa istimewa, walau tak serta merta menghapus luka dalam dada.

Pinkan dengan gembira menceritakan kehidupannya yang sedang proses menyelesaikan album bersama Ratu. Ayahnya sangat senang mendangar kabar tersebut. Mereka tak pernah putus berkabar, walau cuma kabar singkat saja. Pinkan, selain bisa membiayai kehidupan ibunya, juga turut berbagi dengan ayahnya. Saat ayahnya sakit, ia turut menanggung biaya perawatan ayahnya sebagai upaya lekas sembuh.

Berdua Bersama Menghentak khalayak

Maia dan Pinkan bersusah payah bersama sejak awal. Mereka menggarap proyek duo Ratu ini dengan serius. Beberapa orang yang lebih berpengalaman dilibatkan selama proses penggarapan. Selain Dhani, terdapat nama-nama lainnya lagi, mulai Bintang (bas), Denny Chasmala, Andra Ramadhan, dan Taras (gitar), Agil Cinere (drum), Donni (suling), Sa'unine (string), dan Henry Lamiri (biola).

Maia berperan sebagai pengompos lagu selama prosesnya. Ia berhasil mengompos tujuh buah lagu serta berhasil mengaransir tiga lagu terdahulu. Ada tiga jenis musik yang dipakai dalam album perdananya, yaitu R&B, rock, dan pop. Jenis musik seperti itu diakui Maia lebih fleksibel. Selanjutnya Maia mempermanis lagu itu dengan sentuhan suara piano supaya ada unsur femininnya.

Sony Music Indonesia berhasil mereka gaet untuk melabeli album debutan mereka. Jan Djuhana, Artist and Repertoir Senior Director Sony Music Entertainment Indonesia, optimistis album Ratu akan berbicara di pasar. “Konsepnya duo ini fresh di tengah kejenuhan grup band pria,” kata Jan. Bagi Pinkan, meski peluncuran album ini layak disyukuri, namun dia tetap menyimpan satu obsesi, “Saya ingin tampil sebagai penyanyi solo di album dengan nama saya sendiri,” katanya.

Sempat dirisak khalayak dengan anggapan pasangan Dhani-Maia mengekor Anang-Krisdayanti, Maia membantah. “Aku nggak mengekor kesuksesan  dan Anang yang suami istri sama-sama bikin album. Kebetulan aku baru mulai sekarang. Dhani memang baru memberi aku waktu saat ini, dimana anak-anak sudah besar dan aku bisa merintis karier di musik,” ujar Maia dengan nada tegas.

Maia mengakui dengan jujur kalau ia tak bisa membaca not, begitu juga Dhani. “Nah, waktu aku coba-coba bikin satu lagu dan jadi, Dhani kaget. Dia bilang 'Wah ternyata kamu kok pintar bikin lagu!' Itu saja. Boleh percaya boleh nggak, itulah pujian pertama Dhani untuk saya,” lanjut Maia tersenyum.

Untuk menguatkan pernyataan Maia, Dhani pun tak banyak ikut campur. Ia percaya Maia punya talenta. Alasan yang lebih kuat barangkali perjuangan Dhani saat itu adalah melanjutkan Dewa 19 yang sempat memasuki masa kuldesak.

“Kalau bisa ditulis di sampul kaset, mungkin peran saya lebih tepat sebagai konsultan karena konsep dan pengerjaan album dilakukan semuanya oleh isteri saya. Saya hanya menyediakan infra struktur fasilitas studio dan manajemen artisnya,” papar Dhani di Kantor Sony Music Entertainment, Jakarta, 21 Januari 2003.

“Saya sengaja tidak menciptakan lagu baru untuk Ratu, karena saya yakin tujuh lagu Maia akan menjadi hit. Mubazir kan kalau saya ciptakan lagu hit lagi. Nanti di album kedua mungkin saya akan sumbang lagu baru,” lanjut Dhani yang seperti biasanya selalu percaya diri dalam memberikan komentar.


Keberhasilan merilis album pertama bagi Maia dan Pinkan menjadi hadiah manis untuk milad ke-27 Maia. Album Bersama, yang menjadi judul album perdana ini, tepat dirilis enam hari sebelum milad-nya. 10 lagu berhasil mengisi album perdana ini, dengan tujuh lagu baru serta tiga lagu terdahulu. (beli lagu di iTunes).

Album Bersama mendapat sambutan hangat. Angka penjualan sebanyak 250 ribu keping asli berhasil mereka tembus. Belum lagi keping bajakan. Tak sekedar meramaikan pasaran, Ratu juga berhasil memberikan warna baru di belantika musik Indonesia yang didominasi laki. Melalui album ini, mereka mendapat apresiasi dalam Clear Top Ten Awards 2003 sebagai Pendatang Baru Terbaik. Ratu juga dinobatkan sebagai Artist of the Year dan Group Artist of The Year oleh MTV Ampuh tahun 2003.


Setelah sukses dengan album pertama mereka, Maia dan Pinkan mulai menggarap album kedua Ratu yang direncanakan selesai pada tahun 2004. Akan tetapi menyusul keberhasilan menggelinjang, justru mereka dihantam gelombang. Pinkan resmi mengirimkan surat pengunduran diri pada 12 Oktober 2014. Dua hari kemudian, dengan ditemani Maia, Pinkan mengumumkan pengunduran dirinya ini di de Basic Cafe, kawasan Melawai, Jakarta.

Tak ada yang bisa memastikan pertiswa dibalik undur dirinya Pinkan. Orang yang terlibat pun tak ada yang mau buka suara hingga sekarang. Apalagi perpisahan Maia dan Pinkan dalam duo Ratu berjalan baik-baik, tak terlampau dipermasalahkan keduanya, tak berujung pada saling serang antar keduanya.

Ada yang menganggap bahwa Pinkan terlalu terkekang ketika berkarir di Ratu. Dhani dan Maia disangka terlalu ikut campur dalam masalah pribadi Pinkan. Ada juga yang menganggap bahwa kehamilan lima bulan tanpa kejelasan tuan menjadi alasan utama. Apapun alasannya, yang jelas Pinkan undur diri, meninggalkan Maia sendiri. Ia juga sedari awal berhasrat menjadi penyanyi solo, bukan bagian dari grup, meskipun grup duo.

Pada saat Ratu oleng, tersiar kabar kalau Maia bakal ditandemkan dengan Agnes. Agnes di awal karirnya sangat dekat dengan Dhani. Malah keduanya merilis single bersama dan memiliki label rekaman sama (Aquarius Musikindo). Secara pribadi pun, Agnes memiliki hubungan khusus dengan Dhani. Namun kabar ini buru-buru dibantah keduanya, baik Maia maupun Agnes.

“Ratu tetap. Dhani itu punya proyek lain sama Agnes,” tegas Maia “Konsepku penyanyi solo, jadi nggak mungkin gabung atau direkrut ke sebuah grup,” tanggap Agnes.

Meskipun hanya tinggal sendirian, Dhani dan Maia berkomitmen bersama agar Ratu tidak akan dibubarkan. Dengan mempertahankan konsep utama, yakni duo, keduanya bahu-membahu agar Ratu bisa menjadi No. Satu.


B.Sb.Lg.080737.160416.00:39