Not The Next Anyone

Maria Yuryevna Sharapova the special one


“What tennis has brought me has been incredible. God gave me a talent, but it was up to me to play my part in it. I don’t believe in just God-given talent, you have to work for everything you earn and I think the combination has helped me.”
Maria Sharapova

Kabar mengejutkan saya terima dua pekan jelang Vernal Equinox. 07 Maret 2016. Sharapova dinyatakan gagal dalam tes obat di Australia Open 2016 karena ditemukan zat meldonium di dalam sampel dari hasil pemeriksaannya pada 26 Januari 2016. Hal ini membuatnya diskors sementara dari keikutsertaan di turnamen tenis oleh ITF (organisasi tenis internasional). Menyesakkan dan mengecewakan memang.

Terlepas dari kontroversi meldonium yang masih menjadi perdebatan di ‘ranah ilmiah’ antara ilmuwan ‘pro’ Rusia dan ‘pro’ Amerika Serikat, saya hanya bisa harap-harap cemas saja menanti Sharapova kembali memegang raketnya, merengkuh juara untuk kesekian kalinya, menebarkan senyum manisnya.

“I don't care whether right or wrong, because I always like her. All praise and flattery never make her floated. All insults and contumely never make her scared.”

Lama sekali saya menggandrungi petenis asal Russia bernama lengkap Maria Yuryevna Sharapova ini. Patokannya gampang, kegandrungannya sudah dimulai sebelum saya mulai travelling to invinity dengan Yamaha Jupiter Z 05. Paras cantik memang seakan menjadi alasan, tapi bukankah semua petenis perempuan memiliki paras cantik? Apalagi saat mulai ‘berkenalan’ dengan Sharapova, banyak petenis perempuan lain yang tak kalah elok dipandang, Daniela Hantuchová misalnya. Dada Hantuchová menurut saya lebih bagus daripada Sharapova, begitu pun dengan wajah Hantuchová yang terkesan lebih cute.

Maria Sharapova lahir pada 19 April 1987, di Nyagan, Siberia, Rusia, dari pasangan Yuri Sharapov and Yelena Sharapova. Ketika usianya baru 2 tahun, ia bersama keluarga pindah ke Sochi, Krasnodar Krai, Rusia. Di tempat baru ini ayahnya berteman dengan Aleksandr Kafelnikov, ayah dari Yevgeny Aleksandrovich Kafelnikov. Yevgeny Kafelnikov adalah petenis asal Rusia yang menorehkan sejarah sebagai pemenang dua gelar Grand Slam serta menjadi petenis pertama asal Russia yang menempati peringkat pertama dunia.


Ketika gadis manis ini berusia 4 tahun, ia diberi raket oleh Aleksandr. Raket tersebut membuatnya mulai menggemari tenis. Dengan ditemani ayahnya, Sharapova rajin bermain tenis di sebuah taman lokal di Sochi. Tanpa pernah berhenti, Sharapova menekuni tenis hingga akhirnya mulai ikut serta dalam kejuaraan internasional pada usia 14 tahun.
“I hit my first tennis ball on this court when I was 4 years old, so it definitely holds a special place in my heart.”
ungkapnya beberapa hari jelang Olimpiade musim dingin di Sochi, tempat bersejarah baginya, tempat perjuangan mewujudkan impian bermula.

Sharapova kemudian dilatih lebih serius oleh Yuri Yutkin yang merupakan pelatih kawakan Rusia. Yutkin langsung terpukau ketika menyaksikan Sharapova bermain. Sharapova apik dalam mengolah informasi yang diperoleh dari pandangannya untuk menyelaraskan gerakan tangan dan matanya. Ia takjub dengan keselarasan tangan dan mata Sharapova yang menurut Yutkin sungguh luar biasa itu.

Ketekunan Sharapova pada tenis kian tampak. ketika menginjak usia 6 tahun, ia menghadiri tennis clinic di Moscow yang menghadirkan Martina Navrátilová. Petenis yang berkarir sejak 1975 ini menyarankan pada Sharapova agar mengikuti pelatihan profesional di IMG Acedemy di Bradenton, Florida, Amerika Serikat. Akademi ini sendiri telah melatih petenis terkenal lainnya seperti Andre Kirk Agassi, Monica Seles, dan Anna Sergeyevna Kournikova.

Sharapova menyampaikan saran Navrátilová kepada ayahnya. Walau saat itu kondisi keuangan keluarganya pas-pasan, ayahnya tetap berusaha mewujudkan impian tersebut. Sang ayah nekat meminjam sejumlah uang untuk bisa berangkat dan hidup beberapa saat di Amerika Serikat.


Sharapova kemudian pergi ke Amerika Serikat pada tahun 1994. Ia hanya bersama ayahnya yang lucunya tak ada satupun dari kedunya bisa berbahasa Inggris. Cukup gila memang, dan yang tak kalah gila adalah uang saku mereka hanya US$700 saja. Guna bisa bertahan hidup di tanah rantau, ayah Sharapova, Yuri Sharapov, melakukan pekerjaan apapun walau dengan upah rendah, seperti bekerja sebagai pencuci piring. Hal ini terus dilakukan oleh Yuri Sharapov sambil menanti Sharapova bisa diterima masuk di IMG Academy, yang artinya bisa ia tinggal sendiri di tanah rantau.

Sebelum masuk ke IMG Academy, Sharapova mengikuti pelatihan tenis di Rick Macci Tennis Academy pada tahun 1995, yang dilatih langsung oleh Rick Macci. Tahun tersebut merupakan tahun debut Anna Kournikova, sesama petenis Rusia yang dididik di IMG Academy. Walau sebelumnya berlatih dengan Rick Macci, Sharapova justru tak pernah berjumpa dengannya lagi sesudah ia masuk IMG Academy. Di IMG Academy, Sharapova harus membayar $ 35.000 untuk program latihan sekaligus tinggal di akademi. Ayahnya pun bisa kembali ke tanah airnya, untuk hidup terpisah dalam ruang dengan anaknya.

Tangga pertama Sharapova dalam kejuaraan tenis dimulai pada November 2000. Ia ikut serta dalam kejuaraan bergengsi Eddie Herr International Junior Tennis. Turnamen ini mulai diselenggarakan sejak 1987 atas prakarsa Glenn Feldman, cucu Eddie Herr. Glenn memprakarsai turnamen ini sebagai bentuk penghormatan atas dedikasi kakeknya yang tak diragukan lagi kepada para petenis junior. Eddie Herr bahkan dijuluki sebagai ‘bapaknya petenis junior’. Kejuaraan ini sekarang menjadi kejuaraan paling diminati oleh pemain junior dari berbagai penjuru dunia.

Agar bisa ikut serta dalam kejuaraan itu pada tahun 2000, seluruh peminat harus mendaftarkan dirinya sebelum 02 Oktober 2000 dan pesertanya akan diumumkan pada 06 November 2000. Terdapat empat kelas yang dibuka: 12, 14, 16, dan 18 tahun. Kelas 12 tahun langsung dibuka dengan babak utama yang dilangsungkan pada 2530 November 2000. Sedangkan tiga kelas lainnya dimulai dari babak kualifikasi pada 2426 November 2000, dan baru masuk babak utama pada 27 November03 Desember 2000. Seluruh pertandingan berlangsung di Eddie Herr International Bollettieri Sports Academy Bradenton, Florida, Amerika Serikat.

Saat mengikuti kejuaraan ini, Sharapova baru menginjak usia 13 tahun 7 bulan. Ia masih bisa diterima berlaga di kelas 14 tahun. Namun Sharapova justru mendaftarkan dirinya sebagai peserta di kelas 16 tahun. Hebatnya, ia berhasil merengkuh gelar juara di kelas tersebut. Gelar juara di kelas yang lain ternyata juga diraih oleh petenis yang berasal dari Rusia, Katia Afinogenova di kelas 14 tahun, dan Alisa Kleybanova di kelas 12 tahun. Petenis Rusia saat itu menguasai kejuaraan cabang putri. Hanya di kelas 18 tahun gelar juara harus jatuh pada petenis negeri lain, Edina Gallovits, petenis asal Rumania. Sharapova, dengan usianya yang masih belia untuk berlaga di kelasnya mendapat gelar tambahan berupa Rising Star Award. Gelar yang hanya diterima oleh beberapa peserta dengan persyaratan tertentu.


Sesudah usianya genap 14 tahun pada 19 April 2001, Sharapova melakukan ‘salto’ karir dengan mengikuti kejuaraan tingkat senior (profesional). Ia mengikuti kejuaraan $75,000 Bradenton. Kejuaraan tersebut diselenggarakan di Bradenton, Amerika Serikat pada 23-29 April 2001. Pertarungan di arena outdoor tanah liat ini memperebutkan hadiah sejumlah $75,000. Kelas tunggal dan ganda dibuka pada kejuaraan ini, namun Sharapova hanya berlaga di kelas tunggal.

Sayangnya langkah Sharapova langsung terhenti pada laga pertama di babak 32 besar oleh Karin Miller. Setelah sempat menang dalam pertarungan alot di set pertama dengan angka 7-6 (2), Sharapova gagal mempertahankan keunggulan. Ia dihempaskan Karin di dua set berikutnya dengan angka sama, 6-4. Ini adalah satu-satunya pertemuan Sharapova dan Karin sepanjang karir keduanya dan $75,000 Bradenton pun menjadi satu-satunya kejuaraan senior yang ia ikuti di tahun 2001.

Sambil merangkak di turnamen senior, Sharapova juga ikut serta dalam turnamen junior lantaran masih belum saatnya ia melaju hingga tangga juara jika bermain di turnamen senior. Ia pun tahu diri, memaksa bermain di turnamen senior saja justru akan mengurangi jam terbangnya. Ia tak mau kehilangan kesempatan mengasah permainan, tak peduli tingkat senior atau bukan.

Kejuaraan Ex Pilsen menjadi ajang pertamanya di tingkat junior. Kejuaraan ini diselenggarakan di arena outdoor tanah liat TK Slavia Pilsner Urquell, Plzen, Republik Ceko, pada 23 Juli - 24 Juli 2001. Cabang tunggal dan ganda dibuka pada kejuaraan dengan Grade 3 ini. Terdapat beberapa kelas untuk tingkat junior. Grade A untuk kejuaraan Grand Slam dan lima kejuaraan lainnya (Abierto Juvenil Mexicano, Copa Gerdau, Italian Open, Osaka Mayor's Cup and Orange Bowl), Grades 1-5, dan Grade B (kejuaraan regional). Sharapova hanya turun di cabang tunggal pada kejuaraan ini.

Langkahnya dimulai sejak babak kualifikasi. Tiga laga dalam babak kualifikasi berhasil ia sapu bersih. Mengalahkan Eliska Krausova (6-0; 6-1) pada kualifikasi ketiga, Vendula Vystrkova (6-0; 6-1) pada kualifikasi kedua, dan Mia Kurek (7-5; 7-5) pada kualifikasi pertama. Tak sampai di sini saja, laju Sharapova di babak utama pun tak terbendung. Lima petenis berhasil ia hempaskan sejak 32 besar hingga final. Mulai dari Sandra Zahlavova (6-2; 6-3), Eva Hrdinova (6-4; 6-4), Michaela Michalkova (6-0; 4-1 –dihentikan setelah Michaela cedera), Ema Janaskova (6-2; 6-1), hingga Aurelija Miseviciute (6-1; 6-1). Kemenangan atas Aurelija Miseviciute menobatkan Sharapova sebagai juara.

Empat kejuaraan Grand Slam tingkat junior mulai diikuti Sharapova. Mulai dari US Open pada tahun 2001. Sesudah menang di babak 64 besar, ia harus rela langkahnya terhenti di babak 32 besar.

Kegagalan di US Open tak menyirnakan semangatnya. Sharapova bangkit di Grand Slam selanjutnya, Australia Open, yang diikuti pada tahun 2002. Walau lajunya tak sanggup dihentikan lawan hingga melenggang ke final, Sharapova harus menerima kenyataan gagal meraih juara. Di final yang mempertemukan dua gadis Aries ini Sharapova harus mengakui keunggulan Barbora Strýcová. Sharapova takluk dua set langsung (6-0, 7-5).

Ia harus lapang dada menyaksikan petenis yang 1 tahun 22 hari lebih tua darinya dinobatkan sebagai juara. Walau gagal menobatkan dirinya menjadi juara, Sharapova memperoleh gelar hiburan sebagai finalis termuda sepanjang masa karena saat bermain di final tersebut usia Sharapova baru 14 tahun 9 bulan.

Ia kembali ikut serta dalam kejuaraan Grand Slam tingkat junior di French Open. Setelah hanya melaju hingga babak 32 besar di US Open, berhasil menjadi finalis di Australia Open, Sharapova justru tersungkur di babak 16 besar. Ia hanya berhasil menang dua kali saja, di babak 64 dan 32 besar. Lebih baik ketimbang prestasinya di US Open 2001, namun tak menyamai pencapaiannya Australia Open 2002. Penampilannya kalah cemerlang ketimbang petenis Indonesia, Angelique Widjaja, yang menjuarai turnamen ini. Angelique Widjaja dinobatkan sebagai juara setelah berhasil mengatasi perlawanan ketat Ashley Harkleroad (3-6, 6-1, 6-4).

Kejuaraan Grand Slam tingkat junior terakhir yang diikuti Sharapova adalah Wimbledon. Ini sekaligus menjadi laga pamungkasnya di tingkat junior. Terus menggerus lawan dari babak 64 besar hingga final, Sharapova mengulangi nasibnya di Australia Open. Sharapova sempat unggul 6-4 di set pertama saat berhadapan dengan sesama petenis Rusia, Vera Yevgenyevna Dushevina. Sial, dua set berikutnya ia gagal memberikan perlawanan hingga dipaksa menyerah 6-1 dan 6-2. Petenis berzodiak Aries ini pun harus gigit jari menyaksikan gadis Libra menerima cakram juara.

Sebagai tambahan, saat Sharapova masih berjibaku di tingkat junior, Williams bersaudara sudah berkuasa di Wimbledon. Pasangan Venus dan Serena berhasil mengandaskan Virginia Ruano Pascual dan Paola Suárez di final dua set langsung, 6-2 dan 7-5. Sementara di tunggal, Venus dan Serena saling menghantam.

Sang adik, Serena, berhasil menggagalkan upaya mbakyu Venus meraih hat-trick di Wimbledon setelah dua musim sebelumnya berhasil menjadi juara. Serena sendiri berhasil mengulangi keberhasilannya meraih juara musim selanjutnya. Sayang Serena pun gagal menorehkan hat-trick di Wimbledon sesudah menyerah di tangan Sharapova pada 2004.

Tahun 2002 juga menjadi debut Sharapova ikut serta dalam ajang kejuaraan WTA. Ia lalu ikut serta dalam turnamen Pacific Life Open, di Indian Wells tahun 2002. Ia bermain sejak babak pertama di bagian keenam. Setelah berhasil mengalahkan Aubrie ‘Brie’ Rippner tiga set (5-7, 6-1, 6-2), Sharapova berhasil lolos ke babak kedua. Sayang di babak kedua ia menyerah mudah di tangan unggulan keempat Monica Seles dua set langsung (6-0, 6-2). Dalam turnamen tersebut, Daniela Hantuchová yang memulai turnamen sebagai unggulan kedelapanbelas berhasil merengkuh gelar juara.

Selain turun di cabang tunggal, Sharapova juga melakoni debut di cabang ganda. Bertandem dengan Gisela Dulko, keduanya berhasil mengandaskan perjuangan pasangan Magdalena Maleeva dan Asa Svensson melalui pertandingan alot tiga set (6-3; 3-6; 6-4). Sayang laju mereka terhenti di babak 32 besar oleh pasangan Daniela Hantuchová dan Arantxa Sanchez Vicario. Cukup dua set (5-7; 3-6) diperlukan Hantuchová–Arantxa untuk menyingkirkan Sharapova-Gisela.

Selama berkarir di tingkat junior, Sharapova berhasil membukukan 47 kemenangan dari 56 pertandingan yang dilakoninya. Tercatat ia ikut serta dalam 12 kejuaraan dengan tampil di delapan kali di pertandingan final. Sayang hanya tiga kali saja ia berhasil merengkuh gelar juara, di kejuaran Ex Pilsen serta Chanda Rubin American ITF Junior Circuit di California dan South Carolina. Hal ini membawanya menempati peringkat keenam pada 21 Oktober 2002. Peringkat tertinggi yang pernah ia tempati sepanjang karir junior.

Sementara di tingkat senior cabang tunggal, Sharapova hanya sekali berlaga pada tahun 2001 yang berakhir kekalahan (0-1). Sedangkan di tahun 2002, di berhasil membukukan 28 kemenangan dari 33 laga yang dilakoninya. Ironisnya, 2 dari 5 kekalagan dideritanya di pertandingan final.

Walau di cabang tunggal ia berhasil membukukan catatan lumayan marem, di cabang ganda Sharapova justru melempem. Ia hanya berhasil melakoni tiga laga di cabang ganda putri. Dua laga bersama Gisela Dulko ketika di Indian Wells, dengan hasil menang dan kalah masing-masing sekali, serta sekali bertandem dengan Maria Kirilenko yang hanya sekali berlaga dengan hasil kalah.

Tercatat ia ikut serta dalam 10 kejuaraan senior sepanjang 2001 hingga 2002 dengan tampil lima kali di pertandingan final. Dari kelimanya, Sharapova terpaksa gagal menggenggam juara di kejuaraan $25,000 Frisco dan $50,000 Pittsburgh. Sharapova hanya bisa menobatkan juara di kejuaraan $10,000 Gunma, $25,000 Vancouver, dan $25,000 Peachtree City, GA. Hal ini membawanya menempati peringkat 186 pada klasemen akhir tahun 2002. Peringkat yang ia bawa untuk memantapkan dirinya meninggalkan tingkat junior dan menekuni tingkat senior mulai 2003. Sharapova sudah tak lagi berkiprah di tingkat junior saat usianya belum genap 16 tahun.

Hingga akhir tahun 2002, selain keelokan parasnya, petenis yang menggemari fashion, membaca, menari, & mengoleksi perangko ini mulai dipandang kemampuannya.


Kejuaraan resmi yang diikuti Sharapova sebelum 2003:
2000
(1) Eddie Herr International Junior Tennis [Junior]
2001
(1) $75,000 Bradenton [Senior]
(2) Ex Pilsen [Junior]
(3) US Open Junior Championships [Grand Slam] [Junior]
(4) Kentucky International Junior Tennis Derby [Junior]
(5) Chanda Rubin American ITF Junior Circuit – California [Junior]
(6) Chanda Rubin American ITF Junior Circuit - South Carolina [Junior]
(7) Burger King Orange Bowl Tennis Championships [Junior]
2002
(1) Australian Hardcourt Junior Championships [Junior]
(2) Australian Open Junior Championships [Grand Slam] [Junior]
(3) $25,000, Columbus [Senior]
(4) Indian Wells [Senior]
(5) $10,000 Gunma[Senior]
(6) Japan Open Junior Championships [Junior]
(7) International Junior Championships of France [Grand Slam] [Junior]
(8) LTA International Junior Tennis Championships – Roehampton [Junior]
(9) The Junior Championships, Wimbledon [Grand Slam] [Junior]
(10) $25,000 Vancouver [Senior]
(11) $25,000 Peachtree City, GA [Senior]
(12) Japan Open [Senior]
(13) $25,000 Frisco [Senior]
(14) $50,000 Pittsburgh [Senior]

Bandung, Nusantara Raya
Spring Time, 2016