—
Andra Junaidi
Ramadhan
Andra
Junaidi Ramadhan menghadapi dilema ketika ia hendak mulai menapaki karir
sebagai musisi. Pasalnya saat itu kedua orangtuanya, A. Ramadhan dan S.M.
Fadilah, lebih senang jika Andra fokus menyelesaikan kuliahnya dulu ketimbang
memulai perjalanan karir sebagai musisi. Andra saat itu sedang menjalani perkuliahan
di program studi desain interior, sementara pada saat yang sama, ia bersama
grup band abadinya —Dewa— sedang
menggelinjang.
Bukan
hanya Andra saat itu, dua punggawa lain dari Dewa yang menghadapi dilema. Ari
Bernardus Lasso (Ari) dan Setyawan Juniarso Abipraja (Wawan), juga mengalami
hal serupa. Hanya Ahmad Dhani Prasetyo dan Erwin Prasetya saja yang sejak awal
sudah memilih jalan berkarir di musik.
Ari
bisa fokus pada kuliah dan musik, hingga ia bisa menyelesaikan kuliahnya dan
berhasil berunjuk rasa bersama kawan-kawan melalui album Format Masa Depan. Ari memang memiliki hasrat menjadi penyanyi
sudah lama. Selain itu, ia juga orang yang tak mau menghecewakan orangtuanya
yang saat itu ingin anaknya menjadi sarjana.
Wawan
berbalik dengan Ari. Ia lebih memilh undur diri dari Dewa dan fokus menyelesaikan
kuliah. Dewa pun tak punya drummer
dan terpaksa mengikutsertakan Ronald Fristianto (drummer Gigi, Dr.PM, dan eVo Band) dan Mochamed Reza Pahlevi (Rere drummer Grass Rock, Yovie & Nuno,
dan Blackout) sebagai pemain tambahan.
Andra
tak menjejak keduanya. Ia memiliki pilihan yang berbeda dengan Ari dan Wawan
dengan menanggalkan bangku kuliah untuk fokus pada musik. Dhani, sebagai komandan,
saat itu memang meminta semua punggawa fokus dulu ke Dewa. Walau ia juga
mengijinkan punggawa lain nyambi gawe
di luar Dewa. Hanya saja, Dhani meminta jangan sampai Dewa lemah kendali saat
namanya mulai dikenali.
Langkah
berani Andra ini sempat mengecewakan kedua orangtuanya. Apalagi kelima kakak
Andra berhasil menyelesaikan kuliahnya. Walau demikian, perlahan orangtua Andra
bisa memahami pilihan terbaik untuk anaknya ini. Pilihan terbaik yang kemudian
membawa Andra pada jalan hidup yang tak pernah ia duga. Kontribusi Andra
terhadap komposisi lagu Dewa tak bisa dimungkiri. Perannya lebih dari seorang lead guitarist.
Pilihan
memilih melepas kuliah untuk fokus pada Dewa terbilang berani dan tepat. Sejak
saat itu, Dewa berhasil mengukuhkan diri sebagai grup band papan atas, menjejak
SLANK dan kemudian diikuti Gigi. Format
Masa Depan yang digarap ketika mereka dirisak dilema, segera disusuli Terbaik Terbaik yang digarap ketika
semua punggawa hanya fokus pada Dewa dengan rasa bahagia. Ari lulus kuliah,
Dhani berhasil menikahi gadis manis yang ia gandrungi sejak SMP, Andra sudah
nyaman bermain musik, dan Erwin pun senang melihat kawannya bisa fokus pada
Dewa.
Tak
heran jika Terbaik Terbaik menjadi
album yang digarap paling cepat oleh Dewa. Kreativitas mereka pun merebak ke
puncak dengan karya unjuk rasa yang memang terbaik. Hingga tour mulai rajin menyapa mereka. Dengan cepat pun Dewa merekut Sri
Aksana Sjuman sebagai drummer. Masuknya
Aksan memberi warna baru pada Dewa, walau ia kemudian terpaksa pergi ketika
Dewa hendak expand haluan bermusik. Aksan
menjadi punggawa Dewa yang singkat dan melekat pada posisi paling tidak stabil
(berapa kali Dewa ganti drummer?).
Setelah
sempat berempat dalam dua album, Dewa kembali berlima ketika berhasil merilis
album Pandawa Lima. Album yang terdengar
sederhana tapi memberikan nuansa rasa mistis begitu kentara. Album yang paling
disuka oleh Andra, walau dalam album ini peran Andra tak seperti biasa. Jika
biasanya ia berunjuk rasa maksimal, di album ini ia hanya bermain minimalis
saja. Dhani pun demikian. Sentuhan paling terasa dalam album ini justru diberikan
oleh Aksan, Erwin, dan Ari. Ironis memang lantaran Dhani dan Andra adalah ‘duet
abadi’ di Dewa sementara Erwin, Ari, dan Aksan belakangan pergi.
Pandawa Lima dengan lagu
tunggal Kirana yang menjadi andalan,
berhasil mengehentak khalayak hingga menghantarkan Dewa ke jajaran pemuncak. Sayangnya,
justru saat di puncak inilah Dewa dirisak riak kuldesak. Empat punggawa Dewa
berkenalan dengan narkotika. Hanya Andra yang tak sekalipun ngincipi barang yang pada kadar tertentu
bermanfaat dan pada kadar tertentu bermudarat itu.
Dhani,
Erwin, Ari, dan Aksan, pun biasa-biasa saja ketika menikmati narkotika. Andra
yang menemani pun biasa-biasa saja. Mereka menikmati narkotika dengan santai
lantaran saat itu belum memahami batas amannya. Hingga kemudian Ari dan Erwin
harus ‘terdampar di keruhnya satu sisi dunia’.
Sementara
Erwin masih bisa diharapkan, Ari semakin menjadi-jadi. Ari mulai sering kabur
dari Dewa. Ia kerap tak datang ketika jadwal rekaman. Tahu diri ada hal yang
lebih penting ia selesaikan lebih dulu, ialah sembuh dari kecanduan narkotika,
Ari meminta undur diri pada Dewa. Bersama kakaknya, ia mengutarakan hal ini di
depan seluruh punggawa Dewa ketika mereka menjalani tour di Solo. Bukannya membiarkan pergi, Dhani malah langsung
menggebrak meja sambil bilang, “Oke, kita vakum sampai Ari sembuh!”
Dhani
dengan cepat memutuskan Dewa berhenti sejenak. Dhani memang getol bereksperimen.
Hanya saja untuk Dewa, bukan menjadi lahan eksperimennya. Walau Dewa tampak
gonta-ganti punggawa, semuanya melalui proses ujicoba dan tak serta merta
ditunjuk begitu saja.
Hanya
Salman mungkin yang ditunjuk sangat cepat, ketika Dewa menjalani masa mesra
dengan nama DownBeat. Aksan di-jajal
melalui pemain tambahan ketika tour,
Setyo Nugroho dan Elfonda Mekel dicoba dalam duet Dhani—Andra, Yuke
melalui tour, dan Agung ‘dititipkan’ ke
Andra and The BackBone serta mengiringi artis Republik Cinta Management (RCM).
Denyut
nadi Dewa yang berhenti ketika Dhani dan Andra masih bisa berunjuk rasa memaksa
keduanya membentuk grup band lain. Semula Dhani hendak mengujicoba studio di
rumahnya yang baru saja dibangun lebih bagus. Lalu ia mengajak Andra, sahabat
terbaiknya, untuk ikut serta. Dengan mengajak tiga orang lain, mereka kemudian
mengibarkan proyek solo Dhani dalam bentuk grup band. Ahmad Band pun dibentuk
sebagai sarana unjuk rasa ketika dilanda suntuk masa pada Dewa.
Bersama
Ahmad Band, Andra berhasil menghasilkan satu buah album berjudul Ideologi, Sikap, dan Otak. Berbeda dengan
di Dewa ketika ia bermain sendiri sebagai gitaris, di Ahmad Band, Andra
bertandem gitar dengan Pay yang telah keluar dari Slank. Dari sini Andra mulai
memiliki impian untuk berkarir solo di luar Dewa, yang masih belum ia pastikan
bagaimana. Dhani pun, mulai memiliki hasrat ‘mendua’ dari Dewa.
Ari
nyatanya tak juga kembali. Berkali-kali dihubungi, berkali-kali Ari tak
menanggapi. Hal ini membikin Dhani dan Andra sebagai dua punggawa Dewa yang
sedang sehat serta kecamuk hasrat tak terwadahi lagi, melanjutkan kebersamaan
mereka. Mereka kemudian bersama-sama merilis Extended Play berjudul Kuldesak.
Di
tengah proses pengerjaannya, Dhani menemukan Elfonda Mekel (Once). Saat itu
Once sudah pernah merilis album sendiri dan berpengalaman sebagai backing vocalist. Dhani yang kesengsem
pada Once lalu memintanya menjadi backing
vocalist pada proyek duet Dhani dan Andra ini. Andra semula tak ada
masalah, hingga akhirnya ia harus cekcok dengan Dhani ketika Once diusulkan
menggantikan Ari.
Ari
harus pergi dari Dewa sesudah diberi peringatan keras tiga kali. Berat memang
mendapatkan suara khas seperti Ari, apalagi Ari memiliki kepribadian yang
hebat. Bagi Andra sendiri, Ari sudah lama bersahabat dengannya. Tapi mau
bagaimana lagi? Keadaan tak mengijinkan saat itu. Usulan memberi peringatan keras
untuk Ari pun yang memberikan adalah Andra. Andra berharap dengan cara ini,
sahabatnya bisa segera kembali ke Dewa, tak terus menerus ‘kabur’ entah ke
mana. Walau hasilnya tak pernah ia duga.
Walau
Dewa tak punya lead vocalist, tapi
berat bagi Andra untuk segera menerima Once. Ia bahkan bertengkar dengan Dhani,
walau tak sampai adu fisik, walakin mereka sempat adu mulut hingga nada tingga.
Puncaknya, Andra pun ambeg diri dengan pulang ke Surabaya.
Persahabatan
Andra dengan Dhani sudah terjalin sejak lama. Sejak mereka berjumpa di SMP,
mereka mulai menjalani ikatan persahabatan cinta yang tulus. Bagi Andra, Dhani
adalah sahabat hebat, bukan sekedar orang dekat yang hanya menjadi yes man. Semula perkenalan mereka
berlangsung ‘panas’. Andra selalu bilang, “Sopo
arek iki?” (Jawa: siapa anak ini?), ketika Dhani lewat di depannya.
Belakangan
keduanya malah disatukan oleh pagelaran Pelantan melalui kegandrungan yang sama
pada musik. Mereka mengikuti ekstra kurikuler musik di sekolah mereka, yang
diajar oleh Pak Mul. Dari sini Andra mulai tertarik menekuni musik. Perkenalan
Andra dengan musik sebenarnya sudah lama. Sejak kecil, ia rajin terpaksa
menyimak langgam-langgam koleksi kakanya. Andra pun sempat berhasrat menjadi drummer. Sayang keadaan perekonomian memaksanya
memendam impian yang tak pernah terwujud ini.
Andra
kemudian menekuni gitar, yang saat itu mudah dipinjam. Ia pun mulai sering ikut
nongkrong Dhani dan kawan-kawan
sambil memainkan gitar. Lama-lama Andra mulai memahami kepribadian Dhani yang
tak ragu bicara apa adanya dan tak suka basa-basi. Ia juga belajar banyak pada
Dhani di awal menekuni musik.
Ketakraguan
Dhani dalam bicara apa adanya sangat diapresiasi oleh Andra. Dari sikap inilah
Andra merasakan kepedulian Dhani sebagai sahabat. Ketika Andra melalukan
sesuatu yang tak selayaknya dilakukan, Dhani kemudian menegur.
Interaksi
intim yang mereka bina bersama semenjak remaja menjadikan mereka tak perlu
banyak menghabiskan waktu untuk bicara bersama. Masing-masing sudah memahami kepribadian
dan batasannya. Andra belakangan jarang terlibat obrolan dengan Dhani. Bukan karena
ada sumbatan dalam interaksi mereka, namun karena Andra melihat tak ada
perubahan dari Dhani. “Dari dulu juga gitu,
cuma botak aja sekarang,” ungkapnya.
Kesetiakawanan
Dhani juga diamini oleh Andra. Dengan dirinya yang tak pernah mengalami masalah
pribadi seberat Ari dan Erwin, serta memutuskan berkiprah di Dewa tak menjejak
Wawan, Andra menjadi satu-satunya pendiri Dewa yang bertahan selain Dhani. Keduanya
memang cocok dan interaksi intim mereka sudah lama terjalin erat. Hanya selisih
beberapa tahun saja sebelum Dhani pertama berjumpa Maia pada Januari akhir
1980-an.
Bagi
Dhani sendiri, Andra juga sangat hebat. Kesabaran Andra ketika menjadi
pendengar adalah hal megah bagi orang yang murah bicara seperti Dhani. Tak sekedar
mendengarkan, Andra juga ikut serta berpikir sambil mendengarkan. Obrolan mereka
selalu dalam suasana mesra dan santai. Mungkin kalau sekarang lebih mesra
daripada Dhani dan Maia yang sama-sama dimulai saat remaja.
Interaksi
intim yang terjadi juga bukan hanya pada Dhani dan Andra. Ketika SMA, mereka kemudian
berkenalan dengan Ari, yang akhirnya bergabung dalam Dewa. Pergantian lead vocalist Ari pun sempat membikin
Dhani dan Andra cekcok. Walau demikian, Dhani dan Andra serta Erwin masih
memberikan bantuan istimewa pada Ari ketika laki gondrong ini hendak memulai karir
solonya.
Para
punggawa Dewa saat itu getol sekali terlibat penyelesaian album perdana Ari. Tak
heran jika Ari sangat mudah diajak manggung
kembali dengan Dewa. Apalagi sejak lama ia sudah hendak ditarik kembali ke
Dewa, dan diduetkan dengan Once.
Andra
lalu berkesempatan menjejak Ari dengan bersolo karir. Impiannya ini berhasil
terwujud dalam bentuk grup band Andra and The BackBone (ABB). ‘The BackBone’
adalah nama yang dipilih Andra untuk menamai grup band barunya di luar Dewa
ini. Nama ini terinspirasi dari sanjungan Dhani bahwa Andra adalah tulang
punggung Dewa. Sebagai penegas bahwa ABB adalah proyek solo Andra dalam bentuk
grup band, diimbuhilah nama ‘Andra’ di depan ‘The BackBone’ yang dirangkai
dengan sambungan ‘dan’. Ari kemudian membantu Andra dengan mengusulkan Dedy
Lisan yang lama menjadi jurnalis untuk menjadi lead vocalist di ABB.
Keberhasilan
membentuk ABB melengkapi capaian Andra. Ia berhasil berkarir sebagai bagian
grup dengan mengibarkan bendera Dewa. Ia juga berhasil berkarir solo dengan
mengibarkan bendera ABB. Tak banyak orang bisa melakukan ini, walakin punggawa
Dewa bisa.
ABB
benar-benar menjadi proyek solo Andra. Bukan semata ABB dirancang sendiri
olehnya dengan menerima masukan liyan,
ABB juga bersih dari cawe-cawe Dhani.
Satu-satunya cawe-cawe Dhani pada ABB
hanyalah studio di rumah Dhani yang bebas diijinkan dipakai Andra hingga ia
bersama ABB sampai bisa mapan.
Tak
sekalipun nama ABB tercatat resmi sebagai bagian dari Republik Cinta Management
(RCM). Hanya saja karena pemilik RCM adalah Dhani dan pemilik ABB adalah Andra,
serta keduanya memiliki interaksi intim, ABB seolah menjadi bagian RCM.
Sehingga ketika ABB sudah memiliki studio sendiri, mereka dianggap keluar dari
RCM, lalu Dhani dan Andra disangka tak lagi berhubungan baik. Menurut Andra,
hanya pada saat pergantian Ari ke Once lah ia terlibat cekcok dengan Dhani.
Dhani malah menganggap tak pernah ada cekcok dengan Andra.
Sesudah
berhasil menjejak Ari bersolo karir, Andra kemudian menjejak Dhani dalam
melebarkan bisnis musiknya. Tak cuma bersama Dewa dan ABB, Andra kemudian
mengajak Dewa Bujana untuk membangun sekolah musik khusus gitar dan bas. Kedua gitaris
handal yang hubungan pribadi maupun grup bandnya sama-sama hangat ini membentuk
Guitar School of Indonesia atau GSI.
GSI
yang diluncurkan mulai 05 Maret 2009 menjadi awal berbisnis Andra dan Bujana
melalui musik, selain nge-band. Bisnis
yang lokasinya berada di Jalan Iskandar Muda No 18B, Arteri Pondok Indah, Jakarta
Selatan, ini menjadi tabungan masa depan bagi keduanya.
Keputusan
mengambil jalan berbisnis adalah sangat tepat. Apalagi hingga saat itu belum
ada bisnis sekolah musik yang khusus memberikan materi gitar dan bass. Andra
yakin, bahwa dua alat musik itu memiliki peran yang sangat penting dalam menekuni
musik. Ia pun merasakan sendiri berkah sebuah gitar yang bisa memberinya uang.
Melalui
gitar pula ia ungkapkan rasa cintanya pada Ismulia Permata Sari, yang dinikahinya
sejak 1999. Keduanya berhasil menjalani kehidupan berkeluarga dan berumah
tangga dengan datar-datar saja. Tak seperti Dhani dan Ari yang di awal sempat
merasakan ‘belenggu ruang cinta’ dan tak seperti Dhani yang akhirnya harus pupus
dengan Maia. Ungkapan cinta tersebut diwujudkan Andra dalam alunan gitar pada
langgam instrumentalis berjudul IPS
yang membuka album Terbaik Terbaik.
Melalui
GSI, Andra dan Bujana berharap bisa lahir gitaris handal yang lebih hebat dari keduanya
yang sudah melegenda. Pembentukan GSI selain menjadi lahan wiraswasta bagi
Andra, juga dilatarbelakangi penyesalannya lantaran belajar gitar secara
autodidak. Menurut Andra, ketika berminat pada gitar sebaiknya diperdalam dengan
teori dan teknik serta dibimbing oleh ahlinya. Hal ini supaya tak asal-asalan
membuat melodi.
Pengalaman
Andra yang terpaksa menanggalkan kuliah pun disuntikkan ke GSI. GSI didesaian
dengan jadwal yang bisa diatur oleh peminatnya. Andra tak mau jadwal GSI
mengganggu jadwal sekolah maupun kuliah para pesertanya.
Sesudah
lama menggelinjang dengan gitar, Andra kemudian tertarik untuk mencoba hal baru
rasa lama, fotografi. Baginya, bercengkerama dengan objek seni rupa bukanlah
hal asing. Ia pernah mulai melakukannya secara bersamaan ketika mulai menekuni karir
sebagai musisi. Bahkan cengkerama Andra dengan gambar sedikit lebih maju dengan
turut belajar teori dan tekniknya di bangku perkuliahan. Walau kemudian ia
harus lepaskan, pada akhirnya Andra kembali.
Andra
hanya menunda saja untuk menekuni seni rupa. Baru sewindu ini ia berhasil menekuni
ranah yang pernah dijamah. Ia menekuni kegemarannya ini dengan menembak ojek
alam menggunakan kamera favoritnya. Hasil jepretan satu per satu ia pamerkan
melalui akun Instagramnya, @andra_photo, serta akun 500px nya dengan nama andra_ramadhan.
B.Sn.kl.
170737.240416.23:10






