— bukan cinta manusia biasa persembahan dari surga
Dewa
termasuk
grup band yang bisa unjuk
rasa melalui karya
mereka
yang cerdas dan bernas dengan kemasan
berkelas
tanpa terikat
kelas.
Mereka,
orang-orang yang pernah mengibarkan
bendera Dewa, juga berhasil ketika bersolo karir. Keberhasilan
yang bisa lepas dari bayang-bayang Dewa tanpa pernah menodai kehebatan
Dewa.
Sejelek-jeleknya citra
Ahmad Dhani Prasetyo sebagai leader
sekaligus
satu dari empat pendiri Dewa, orang tetap bisa melihat Dewa sebagai Dewa.
Begitupun sebaliknya,
sehebat-hebatnya karir
Dhani, orang tetap bisa melihat Dhani sebagai Dhani. Hal ini juga berlaku bagi
anggota lainnya yang sangat banyak
jumlahnya untuk ukuran sebuah
grup band.
Ada begitu banyak orang yang terlibat
di dalamnya yang perannya tak
bisa dimungkiri
lagi. Hanya Dhani [1986–2011] sebagai keyboardist
dan lead vocalist awal lalu backing vocalists serta Andra Junaidi
Ramadhan [1986–2011] sebagai lead guitarists yang awet sejak awal dibentuk.
Sejak masih
bernama Mol karena
guru seni musik
mereka
di SMP Pak
Mul, hingga menjadi Dewa akronim
dari nama sapaan empat pendiri. Lalu menjadi DownBeat hasil adaptasi nama
majalah jazz terbitan USA. Kemudian menjadi
Dewa 19 lantaran saat merilis album perdana rata-rata berusia 19 tahun. Kembali ke Dewa
sebagai penanda ‘era’ baru. Hingga ditutup dengan nama Dewa 19 jelang mereka memasuki usia kepala empat.
Perubahan
line-up squad utama Dewa terjadi berkali-kali. Drummer adalah posisi yang paling sering
mengalami perubahan. Ada enam orang yang pernah di sini. Mulai dari Wawan Juniarso [1986–1988 &
1991–1994], Salman [1988–1989],
Sri Aksana Sjuman
[1995–1998], Gabriel Bimo Sulaksono [1998–1999],
Setyo Nugroho
[1999–2007], dan Agung
Yudha Asmara [2007-2011]. Bassist pun
turut mengalami perubahan, ada Erwin
Prasetya [1986–1999 & 2001–2002] dan Yuke Sampurna [2002–2011].
Tak kalah fenomenal adalah perubahan lead vocalist. Semula line-up
Dewa dibikin
seperti Queen. Terdiri dari empat orang dengan posisi lead vocalist & keyboardist, lead guitarists, bassist, dan drummer.
Saat line-up-nya seperti ini, Dhani
bertindak
sebagai lead vocalist.
Hanya
saja seiring masuknya
Ari Bernardus Lasso
[1991-1999], formasi adaptasi dari Queen pun berubah. Dhani
mundur sebagai lead vocalist dan
hanya menjadi backing vocalists. Belakangan Ari
digantikan
oleh Elfonda Mekel
[1999-2011].
Perubahan
lead vocalist inilah yang menurut
saya paling fenomenal. Dhani bisa mendapatkan
Once yang suaranya sangat khas
dan mahal tanpa menggantikan
suara milik
Ari yang memberi pondasi. Ari dan Once sanggup menjadi tukang mereriakkan kata-kata untuk mengimbangi
perpaduan alunan nada dari Dhani dan Andra serta orang-orang lainnya.
Satu
peristiwa paling mengharukan
adalah, ketika Once
datang, Ari tak
sedikitpun
merasa sakit
hati bahkan
tak
pernah merasa disingkirkan. Ari tahu
diri, ia sedang kurang
sehat,
dan band yang dicintainya itu
layak mendapat lead vocalist yang lebih baik.
Once oke,
bisa tampil beda, sehingga tak
terbayangi juga tak
membayangi Ari.
Sayang
mereka harus
undur diri dini. Dewa memang memainkan
musik
di arena industri walau karya
mereka
sanggup memengaruhi generasi. Cuma terus berubah dan ada satu masa ketika industri
mengalami fluktuasi
selera.
Pada
saat fluktuasi
selera inilah Dewa berhasil menghadirkan
karya
fenomenal mereka,
langgam tunggal yang kaya
nuansa rasa, Bukan Cinta Manusia Biasa, yang
ironisnya tak
laku
di pasaran. Berbeda sekali
dengan zaman dulu ketika lagu
fenomenal lainnya, Persembahan Dari Surga,
laku
di pasaran.
Anehnya,
dua lagu fenomenal dari dua era lead
vocalist berbeda itu, masih kalah
nge-hits di pasaran dengan lagu
remeh-temeh Kangen dan Separuh
Nafas, yang juga muncul di dua era lead
vocalist berbeda.
Dua
era lead vocalist Dewa pun sama-sama
pernah menghadirkan
lagu ajaib, yang terdengar datar-datar saja walakin memiliki kekuatan magis
yang hanya muncul ketika dinyanyikan
masing-masing pelantunnya. Ari menghadirkan
Kirana, sedangkan Once
menghadirkan
Kosong.
Di
perlintasan perubahan mereka,
terdapat Roman Picisan, sebuah karya yang
begitu indah dan megah. Roman Picisan
diisi oleh Once sebagai lead vocalist
dan Ari sebagai backing vocalists.
Segala
jengkal
perubahan tersebut, dan juga masalah yang ada tentunya, tak menyanyat
semangat Dewa untuk
tetap unjuk
rasa melalui karya
mereka.
Officially Dewa pun akhirnya
berhenti. Memulai dengan empat orang (Dhani, Erwin, Wawan, dan Andra), Dewa akhirnya
berhenti dengan empat orang (Dhani, Yuke,
Agung, dan Andra).
Walau
demikian,
karya
mereka
bisa menandai evolusi generasi, serta mampu menjadi abadi.
Discography Dewa
— Studio albums
(1) Dewa 19
(2) Format
Masa Depan
(3) Terbaik
Terbaik
(4) Pandawa
Lima
(5) Bintang
Lima
(6)
Cintailah Cinta
(7) Laskar
Cinta
(8) Republik
Cinta
— Compilation albums
(1) The Best
Of Dewa 19
(2) Kerajaan
Cinta
(3) The Best
of Republik Cinta Artists Vol. I
(4) The Best
of Republik Cinta Artists Vol. II
(5) The
Greatest Hits Remastered
— Live albums
(1) Atas
Nama Cinta I
(2) Atas
Nama Cinta II
B.Ah.Wg.160737.230416.18:35