Dewa 45


bukan cinta manusia biasa persembahan dari surga


Dewa termasuk grup band yang bisa unjuk rasa melalui karya mereka yang cerdas dan bernas dengan kemasan berkelas tanpa terikat kelas. Mereka, orang-orang yang pernah mengibarkan bendera Dewa, juga berhasil ketika bersolo karir. Keberhasilan yang bisa lepas dari bayang-bayang Dewa tanpa pernah menodai kehebatan Dewa.

Sejelek-jeleknya citra Ahmad Dhani Prasetyo sebagai leader sekaligus satu dari empat pendiri Dewa, orang tetap bisa melihat Dewa sebagai Dewa. Begitupun sebaliknya, sehebat-hebatnya karir Dhani, orang tetap bisa melihat Dhani sebagai Dhani. Hal ini juga berlaku bagi anggota lainnya yang sangat banyak jumlahnya untuk ukuran sebuah grup band.

Ada begitu banyak orang yang terlibat di dalamnya yang perannya tak bisa dimungkiri lagi. Hanya Dhani [1986–2011] sebagai keyboardist dan lead vocalist awal lalu backing vocalists serta Andra Junaidi Ramadhan [1986–2011] sebagai lead guitarists yang awet sejak awal dibentuk.


Sejak masih bernama Mol karena guru seni musik mereka di SMP Pak Mul, hingga menjadi Dewa akronim dari nama sapaan empat pendiri. Lalu menjadi DownBeat hasil adaptasi nama majalah jazz terbitan USA. Kemudian menjadi Dewa 19 lantaran saat merilis album perdana rata-rata berusia 19 tahun. Kembali ke Dewa sebagai penanda ‘era’ baru. Hingga ditutup dengan nama Dewa 19 jelang mereka memasuki usia kepala empat.

Perubahan line-up squad utama Dewa terjadi berkali-kali. Drummer adalah posisi yang paling sering mengalami perubahan. Ada enam orang yang pernah di sini. Mulai dari Wawan Juniarso [1986–1988 & 1991–1994], Salman [19881989], Sri Aksana Sjuman [1995–1998], Gabriel Bimo Sulaksono [19981999], Setyo Nugroho [1999–2007], dan Agung Yudha Asmara [2007-2011]. Bassist pun turut mengalami perubahan, ada Erwin Prasetya [1986–1999 & 2001–2002] dan Yuke Sampurna [2002–2011].

Tak kalah fenomenal adalah perubahan lead vocalist. Semula line-up Dewa dibikin seperti Queen. Terdiri dari empat orang dengan posisi lead vocalist & keyboardist, lead guitarists, bassist, dan drummer. Saat line-up-nya seperti ini, Dhani bertindak sebagai lead vocalist.


Hanya saja seiring masuknya Ari Bernardus Lasso [1991-1999], formasi adaptasi dari Queen pun berubah. Dhani mundur sebagai lead vocalist dan hanya menjadi backing vocalists. Belakangan Ari digantikan oleh Elfonda Mekel [1999-2011].

Perubahan lead vocalist inilah yang menurut saya paling fenomenal. Dhani bisa mendapatkan Once yang suaranya sangat khas dan mahal tanpa menggantikan suara milik Ari yang memberi pondasi. Ari dan Once sanggup menjadi tukang mereriakkan kata-kata untuk mengimbangi perpaduan alunan nada dari Dhani dan Andra serta orang-orang lainnya.

Satu peristiwa paling mengharukan adalah, ketika Once datang, Ari tak sedikitpun merasa sakit hati bahkan tak pernah merasa disingkirkan. Ari tahu diri, ia sedang kurang sehat, dan band yang dicintainya itu layak mendapat lead vocalist yang lebih baik. Once oke, bisa tampil beda, sehingga tak terbayangi juga tak membayangi Ari.


Sayang mereka harus undur diri dini. Dewa memang memainkan musik di arena industri walau karya mereka sanggup memengaruhi generasi. Cuma terus berubah dan ada satu masa ketika industri mengalami fluktuasi selera.

Pada saat fluktuasi selera inilah Dewa berhasil menghadirkan karya fenomenal mereka, langgam tunggal yang kaya nuansa rasa, Bukan Cinta Manusia Biasa, yang ironisnya tak laku di pasaran. Berbeda sekali dengan zaman dulu ketika lagu fenomenal lainnya, Persembahan Dari Surga, laku di pasaran.

Anehnya, dua lagu fenomenal dari dua era lead vocalist berbeda itu, masih kalah nge-hits di pasaran dengan lagu remeh-temeh Kangen dan Separuh Nafas, yang juga muncul di dua era lead vocalist berbeda.


Dua era lead vocalist Dewa pun sama-sama pernah menghadirkan lagu ajaib, yang terdengar datar-datar saja walakin memiliki kekuatan magis yang hanya muncul ketika dinyanyikan masing-masing pelantunnya. Ari menghadirkan Kirana, sedangkan Once menghadirkan Kosong.

Di perlintasan perubahan mereka, terdapat Roman Picisan, sebuah karya yang begitu indah dan megah. Roman Picisan diisi oleh Once sebagai lead vocalist dan Ari sebagai backing vocalists.

Segala jengkal perubahan tersebut, dan juga masalah yang ada tentunya, tak menyanyat semangat Dewa untuk tetap unjuk rasa melalui karya mereka. Officially Dewa pun akhirnya berhenti. Memulai dengan empat orang (Dhani, Erwin, Wawan, dan Andra), Dewa akhirnya berhenti dengan empat orang (Dhani, Yuke, Agung, dan Andra).



Walau demikian, karya mereka bisa menandai evolusi generasi, serta mampu menjadi abadi.


Discography Dewa
Studio albums
(1) Dewa 19
(2) Format Masa Depan
(3) Terbaik Terbaik
(4) Pandawa Lima
(5) Bintang Lima
(6) Cintailah Cinta
(7) Laskar Cinta
(8) Republik Cinta
Compilation albums
(1) The Best Of Dewa 19
(2) Kerajaan Cinta
(3) The Best of Republik Cinta Artists Vol. I
(4) The Best of Republik Cinta Artists Vol. II
(5) The Greatest Hits Remastered
Live albums
(1) Atas Nama Cinta I
(2) Atas Nama Cinta II


B.Ah.Wg.160737.230416.18:35