Alobatnic and The Battle-Mate



Satu Persembahan Dari Surga saat Larut dalam Kuldesak

Photo by Andra Junaidi Ramadhan BackBone Dewa 19
Photo by Andra Junaidi Ramadhan BackBone Dewa 19
Saat membikin nama “Alobatnic”, saya sempat berganti lima kali. Bermula dari Arsa, Arsa Bansa, Arseti, Aristia, hingga Aitsira. Aitsira inilah yang berperan besar dalam pembentukan nama Alobatnic. Sementara peran lainnya oleh sepak bola (terutama Arema dan Chelsea) yang merupakan salah satu passion saya.

Proses pergantian ini bermula dari ketidakcocokan lagi menggunakan kata Mazdik. Selain berupaya mencari “nama baru” sebagai penanda “era baru”, saat itu juga sedang terlibat cekcok dengan Tata. Tata lah yang memberikan nama Mazdik untuk melanjutkan estafet nama Dik yang diberikan Ibuk. Saat mendapatkan nama “Mazdik” dari Tata sebenarnya ada pilihan lain berupa “DekA” dari Citra. Sayang saya kurang sreg dan nama itu kemudian dipakai sendiri olehnya dengan ejaan berbeda, Deca.

Belakangan rumit juga rasanya memilih nama yang pas untuk bisa merangkum sahabat-sahabat hebat yang pernah ada hingga usia keduapuluhdua (tepatnya nanti sesuai akta kelahiran yang cocok dengan tutur-tinular keluarga dan tetangga sekitar). Sempat ada ide menggunakan nama “Pelantan” yang sebelumnya sudah terpakai. Tapi rasanya kurang enak. Pelantan memiliki filosofi yang bisa dilepaskan dari urusan pribadi. Sementara nama yang saya cari ialah justru yang terikat kuat dengan pribadi saya.

Ada juga ide lain menggunakan nama “Republik Alobatnic” namun urung terlaksana. Sepertinya lebih sreg menggunakan “Republik Alobatnic” untuk menghimpun beberapa gang yang dibentuk dan dipelihara sampai sekarang (termasuk yang dilahirkan kembali). “Team Alobatnic” juga kurang sreg lantaran jika disingkat bakal sama dengan milik Ayumi Hamasaki, “Team Ayu”.

Mau kembali menggunakan nama “Zodiak”, nama yang nyaris dipakai sebagai pengganti gang M.A.S.A.M (gang yang dibentuk saat kelas 5 MI sekaligus skuat perdana pengagagas majalah dinding sekolah) juga urung. Nama “Zodiak” tampak terlampau pasaran dan terlanjur banyak yang memberikan pandangan kurang enak. Padahal pemetaan ala “Zodiak” dan sejenisnya adalah salah satu prestasi mengagumkan manusia dalam membaca pikiran Tuhan (bagi yang percaya Tuhan) maupun melihat gelagat alam semesta.

Perlu menyimak seluruh diskografi Dewa 19 dan “sayap-sayap patah” serta “bayang-bayang”-nya untuk akhirnya bisa menemukan nama “Alobatnic and The Battle-Mate”. Nama ini sekaligus bisa menuruti hasrat saya untuk bisa membikin nama yang belum terpakai oleh orang lain dan memiliki filosofi yang terikat kuat dengan pribadi. Rasanya seperti habis ciuman dengan pacar sesudah yakin dengan nama ini. Beruntung saat saya yakin, berpapasan dengan momen empat tahunan, yaitu berupa tanggal 29 Februari. Lumayan, bisa tercetus nama bagus pada tanggal fenomenal. Apa tidak fenomenal 29 Februari kalau sejarahnya sangat panjang?

Seringkali saya suka ruwet dalam melakukan beragam hal. Mulai dari pemberian nama yang selalu tak mau asal-asalan, pemilihan waktu untuk “meresmikan”, dan beberapa hal lainnya. Walau setelah melalui skema perang batinpun hasilnya terlihat cuma begitu saja, walakin beberapa masa setelahnya bisa menjadi kenangan. Dari kenangan inilah yang banyak membantu saya untuk menyusun puzzle-puzzle kehidupan yang kronologinya limit akurat. Tata dan Hida, yang bersama saya membentuk kelompok bernama HeArtBeat, gemar bilang saya gagal move on (kalau sedang ingin ngejek) atau diberi anugerah daya ingat berlipat (kalau sedang ingin ditraktir).

Bentuk nama “Alobatnic and The Battle-Mate” sendiri terinspirasi dari “Andra and The BackBone”, grup band bentukan Andra Junaidi Ramdhan. Andra merupakan satu dari dua anggota Dewa 19 favorit lainnya. Satunya lagi jelas, Ahmad Dhani Prasetyo. Tandem marem dua sejoli separuh nafas Dewa 19 tersebut memiliki peran penting dalam menjaga nyawa Dewa 19 hingga mulai pudar kisahnya saat merilis lagu pada Bukan Cinta Manusia Biasa. Lagu berjudul “Musnah” yang digunakan “Andra and The Back Bone” untuk mengenalkan grup bandnya merupakan lagu kenangan saya saat memulai perubahan besar dalam hidup saya sesudah “Tragedi 23 Maret” tahun 2007.

Bentuk yang tak murni bikinan sendiri diikuti dengan namanya pula. Frasa “The Battle-Mate” yang mengikuti “Alobatnic” dengan diberi kata penghubung “and”, adalah frasa yang saya tiru dari ungkapan Jorge Lorenzo. Frasa ini diungkapkan oleh Lorenzo melalui cuitannya pada tanggal 28 Mei 2015 pukul 11:42 WIB. Selengkapnya, Lorenzo mencuit, “Happy to receive the leather of my teammate and battle mate @ValeYellow46! #yamaharules #legend #ItalianGP” melalui akunnya @lorenzo99. Kalau batin kosong dari dhemen-sengit, saat-saat inilah Lorenzo mulai bangkit dan memusatkan peta persaingan gelar juara MotoGP pada dua nama, Valentino Rossi dan dirinya. Ia akhirnya menang dan perjuangannya patut diapresiasi walau ternoda oleh keikutsertaannya dalam kerusuhan yang banyak membikin orang gagal paham membaca peristiwa.

Hanya saja saya tak menulis seperti Andra menulis “The BackBone” (dirangkai semua) ataupun Lorenzo dalam menulis “battle mate” (tanpa imbuhan “the” dan tanda strip di antara dua kata). Walakin tetap menjejak Andra dalam hal penulisan berupa huruf awalan satu kata yang bisa bermakna sendiri ditulis kapital. Jika Andra menulis “B” pada “Back” dan “Bone” dengan huruf kapital, saya mengikutinya dengan menulis “B” pada “Battle” dan “M” pada “Mate” dengan cara yang sama. Cuma tanda strip di antara dua kata yang membikin beda.

Sejujurnya saya langsung suka dengan ungkapan “battle mate” yang dibikin Lorenzo ini. Ini adalah satu cara jenius Lorenzo dalam menggambarkan hubungannya dengan Rossi sebagai sama-sama pembalap tim utama Yamaha. Duet Rossi-Lorenzo adalah duet terbaik yang pernah dimiliki tim utama Yamaha. Pasalnya tak tampak peran dominan dalam duet ini walau secara karisma dan rekam jejak Rossi jelas lebih melekat dalam benak. Selain itu, unjuk penampilan mereka yang saling bersaing di lintasan juga menguntungkan Yamaha untuk semakin di depan. Duet Biaggi-Checa, Checa-Melandri, Checa-Rossi, Edwards-Rossi, hingga Lorenzo-Spies, tak pernah bisa menyamai prestasi keduanya. Kalaupun Edwards-Rossi pernah memberikan hasil unjuk penampilan yang sama dengan hasil unjuk penampilan Rossi-Lorenzo, hal itu hanya sekali, tiada konsistensi.

Kata “mate” sendiri kerap dipadukan dengan kata “soul” menjadi “soul mate”. Frasa ini dipadukan untuk menggambarkan kemesraan dalam interaksi intim. Riyan Setiyawan gemar menggunakan frasa “soul mate”. Kadang juga dipadukan dengan kata “team” menjadi “team mate”. Uwais Al Qorni Akbar Liverpudlian termasuk orang yang sangat gemar menggunakan frasa “team mate”. Ada juga yang memadukan dengan “room” seperti nama acara di Korea Selatan yang pernah diisi oleh Park Bom sebelum terganjal skandal kontroversial.

“Battle” sendiri biasa digunakan dalam ajang MotoGP ketika pembalap saling bersaing ketat untuk memperebutkan posisi tertentu. Misalnya ada tiga pembalap dalam rombongan besar di posisi paling depan, disebut “Battle For 1st”. Dari sini terlihat alihbahasa “battle” dalam Bahasa Indonesia bisa digunakan sekaligus, ialah “bertarung” dan “berjuang”. Di satu sisi, setiap pembalap saling bertarung untuk menjadi yang terdepan dan yang lain tak mau ketinggalan. Sementara di sisi lain, mereka juga berjuang untuk memberikan hasil unjuk penampilan maksimal.

Kejeniusan Lorenzo yang lebih memilih menggunakan “battle mate” alih-alih “soul mate” atau “room mate”, menunjukkan dengan pas hubungannya dengan Rossi sebagai pembalap tim utama Yamaha. Mereka memang gemar bertarung dan terus berjuang untuk kejayaan sendiri beserta tim yang dibela. Pertarungan dan perjuangan tak hanya di lintasan belaka tapi hingga luar lintasan. Hubungannya memang panas tapi bisa memberikan hasil unjuk penampilan yang bikin puas.

Perpaduan dua alihbahasa dari “battle” inilah yang membikin saya suka menggunakannya untuk memberi nama bagi saya dan sahabat-sahabat saya. Ikatan persahabatan cinta yang tulus diantara kami tak terbantahkan dengan kemampuan bertahan melewati beragam riak perisak. Saya pernah saling berkelahi fisik, saling bermanuver underground untuk menjatuhkan, maupun saling meluapkan ungkapan cacian dengan sahabat saya. Juga pernah saling membangkitan saat yang lain jatuh mental, saling diam-diam mendukung, maupun saling meluapkan ungkapan pujian. Bersama sahabat saya, kritik dan saran cerdas dan bernas bisa disampaikan dengan cara pedas sekalipun. Mungkin mereka selalu memberikan dari hati sehingga bsia menembus lubuk hati. Kata siapa begitu, segala yang dari hati bisa sampai hati ‘kan?

Selain bisa menggambarkan ikatan persahabatan cinta yang tulus, nama “Alobatnic and The Battle-Mate” juga sekaligus bisa merangkum passion saya lainnya. Jika “Alobatnic” sudah menampung passion sepak bola, “The Battle-Mate” menampung passion musik dan balapan, serta “and” menampung passion yang gemar berpadu walau kelihatannya berseteru.

This is my passion and story about our long togetherness. I get great effort and fantastic support here, whenever, wherever, and whatever. Tak ada alasan kabur dari rasa syukur. Satu separuh nafas persembahan dari surga selalu ada bahkan saat larut dalam kuldesak sekalipun.


B.Sn.Wg.190537.290216.10:11