Bercumbu Dengan-Mu


Bercumbu Dengan-Mu
karya agung ketika mendung


Salah satu langgam yang paling saya gandrungi adalah Dimensi dari The Rock. Nama The Rock harus disebutkan lantaran Dimensi jauh-jauh hari sudah diperkenalkan oleh Ahmad Band. Tajuk dan alunan nadanya sama, hanya ada aransir ‘nakal’ pada liriknya. Aransir ‘nakal’ yang tak kentara, bukan hanya orang mungkin memandang Dimensi The Rock hanyalah pelantunan kembali Dimensi Ahmad Band, juga saat itu ada tiga langgam baru yang diperkenalkan The Rock: Munajat Cinta, Kamu-Kamulah Surgaku, dan Aku Bukan Siapa-Siapa.

Ketika mendengar langgam ini, hati segera terpikir dengan peristiwa Mi’roj. Satu peristiwa yang terjadi ketika sukma Sayyidina Muhammad shallallahu’alaihiwasallam sedang dihentak riak kuldesak. Abu Thalib, paman yang selalu mendukung beliau, harus berpindah ke dimensi lain. Tak lama setelahnya, Khadijah, istri pertama yang kerap membikin Aisyah cemburu, menyusul Abu Thalib. Pertiswa yang membuat ‘jembatan keledai’ Khaliq dan makhluq tersebut mengalami mental breakdown.

Peristiwa mi’roj yang berlangsung malar dengan isra’ menunjukkan bahwa Sayyidina Muhammad shallallahu’alaihiwasallam merupakan manusia biasa yang bisa sedih juga. Selain itu, juga menunjukkan dengan kentara bahwa ia bukan manusia biasa. Manusia yang bukan seperti manusia. Kalau sulit membayangkan, lihat saja 2NE1 sebagai girl group asal Korea Selatan yang tidak seperti girl group asal Korea Selatan.

Dimensi dari The Rock melantunkan perpaduan kata dan nada dalam balutan musik ber-genre rock. Untuk ukuran genre rock, alunan nada terdengar ringan. Tentu terdengar lebih kencang ketimbang irama Kirana (Dewa 19) dan Come Back Home (2NE1), dua langgam dengan gubahan sederhana walakin memberikan sebuah keajaiban.

Langgam ini menuntun batin saya berjalan di atas ketaksadaran. Irama nada langsung di-geber sejak awal dimulai, tidak didahului intro yang santai seperti langgam megah Roman Picisan (Dewa).

Geberan sejak awal dengan ‘sadis’ ketika masuk ‘reff’ , yang dengan pelan dan malar, seakan mencapai puncaknya. Sempat ada selingan permainan instrument tanpa diiringi lirik, sejenak saja, dan tak seistimewa Persembahan Dari Surga (Dewa 19 era Ari) dan Bukan Cinta Manusia Biasa (Dewa 19 era Once).

Dengan irama nada yang renyah seperti ini, paduan kata yang berat tersaji. Perpaduan nada dan kata yang memberikan nuansa spiritual luar biasa.

Lirik yang dilantunkan didahului dengan kesadaran akan atribut duniawi. Otak, mata, kepala, mulut, lidah, hingga wajah, semua disebut dengan sadar diri. Sadar bahwa atribut duniawi memiliki batasan. Sadar bahwa atribut duniawi hanyalah fana’, tak akan bisa abadi. Sadar bahwa atribut tersebut akan mudah lenyap dan bahkah kalah oleh sebuah nama yang disandangkan kemudian.

Sesudah membuka dengan kesadaran akan atribut duniawi yang masih dikenakan, berlanjut dengan sebuah pengharapan menembus batas-batas kemampuan yang dipunyai atribut duniawi ini. Menembus satu titik ketika hukum alam yang gamblang dalam mengelaborasi ruang dan waktu menjadi tak berlaku. Menembus batas-batas kemampuan sebagai upaya bisa bercumbu dengan-Nya, Ilahi-Rabbi, yang menguasai-melantan segala dimensi. Bercumbu mesra dengan-Nya dalam suasana syahdu dengan meruntuhkan segala atribut duniawi itu.

Tak hanya melantunkan kesadaran akan atribut duniawi yang bisa dilihat tanpa alat, juga atribut duniawi yang bisa diketahui adanya dengan bantuan alat di luar bawaan kelahiran. Sembari melantunkan kesadaran ini, juga menyebutkan titipan atribut yang tak bisa dilihat sama sekali oleh mata walakin bisa dipahami adanya oleh rasa. Sebuah pengakuan bahwa diri memiliki nafsu yang beragam jenis, ego, serta anugerah mendapatkan bagian Ilahi-Robbi.

Sesudahnya, kembali berharap untuk bisa bercumbu bersama-Nya. Godaan pada-Nya semakin menjadi-jadi dengan pelantunan kesadaran diri lagi. Kali ini godaan lebih menggelinjang. Semua cara yang sudah dilakukan sebagai upaya manusia mengenali dirinya sendiri sebagai upaya mengenali Penciptanya, di-jlentrehkan. Mulai dari cara mengenali yang diterima nalar, hingga cara mengenali yang merisak naluri liyan.

Untuk kembali menegaskan bahwa pelantun siap meruntuhkan atribut yang disandangkan padanya, hanya demi bercumbu mesra dengan-Nya.

Sebuah upaya untuk menggiring batin ke dalam suasana hening, ketika sukma tak lagi memiliki rasa dhemen-sengit.

B.Sl.Po.250737.030516.09:16

Dimensi (The Rock)

aku adalah otak
aku adalah mata-mata
akulah kepala
aku adalah mulut
lidah juga adalah aku
akulah wajah
akulah wajah

Reff :
ku coba tuk menembus dimensi
menembus ruang dan waktu
mencoba meraih-Mu
melepas jubah yang gerahkanku
sejenak lupakan aku Kamu

aku adalah hati
aku adalah denyut nadi
akulah jantung
aku adalah jiwa
darah adalah juga aku
akulah nafsu-Mu
akulah ruh-Mu

Back to Reff

aku adalah tubuh
aku adalah kaki tangan
akulah wujud
aku adalah anak-Mu
aku adalah pikiranmu
akulah tujuan
segala tujuan

ku coba tuk menembus dimensi
menembus ruang dan waktu
mencoba meraih-Mu
melepas jubah yang gerahkanku
sejenak lepaskan aku Kamu

Back to Reff