Maulud atau Maulid?


Suka-Suka Saja



Peringatan kelahiran Muhammad biasa disebut maulud atau maulid. Dua kata berbahasa Arab ini memiliki akar kata yang sama, walada. Baik maulud atau maulid, sama-sama sering dipakai. Hanya saja belakangan lebih populer maulid ketimbang maulud.

Sebenarnya tak ada masalah berarti menggunakan salah satu dari keduanya sebagai penanda kelahiran Muhammad. Hanya saja, kalau dilihat dari makna kata, maulud lebih tepat dipakai ketimbang maulid.

Maulud merupakan isim maf’ul (obyek) sedangkatn maulid adalah isim zaman/makan (kata benda yang menunjukkan waktu/tempat). Bedanya maulud merupakan isim maf’ul (obyek) sedangkatn maulid adalah isim zaman/makan (kata benda yang menunjukkan waktu/tempat).

Ketika yang digunakan adalah maulid, maka sasarannya adalah tanggal yang diperingati. Dalam hal ini, karena biasa diperingati pada 12 Rabiul Awal, maka yang menjadi sasaran adalah tanggal tersebut. Dengan demikian, cenderung lebih memperingati tanggal kelahiran Muhammad ketimbang kelahiran sosok Muhammad. Padahal tanggal kelahiran Muhammad memiliki beragam versi, bukan hanya pada 12 Rabiul Awal saja.

Ketika yang digunakan adalah maulud, maka sasarannya adalah sosok yang diperingati. Dalam hal ini, sudah jelas siapa sosok tersebut, ialah Muhammad. Menggunakan kata maulud lebih pas ketimbang maulid karena dua hal. Pertama yang menjadi sasaran adalah sosoknya. Kedua tak mengabaikan keragaman versi tanggal kelahiran.

Meski sama-sama memperingati pada 12 Rabiul Awal, namun untuk yang menggunakan kata maulud secara tak langsung tampak mengakui adanya keragaman versi. Sedangkan para pengguna kata maulid secara tak langsung mengklaim tak ada keragaman versi tanggal kelahiran. Namun ini hanya masalah sepele yang tak perlu diributkan. Daripada sibuk berdebat, lebih baik memperingati dengan khidmat. Toh dalam setiap rangkaian acara peringatan selalu ada banyak sajian makanan. Bukankah dalam setiap acara, yang paling penting ialah konsumsinya?