Menghajar
Pembesar
![]() |
Sumber: Facebook |
Konon
kabarnya, menurut kanjeng mas Jeffa Lianto Van Bee, yang oleh teller
BNI Cabang Kudus dianggap bule ini, saya ditanyakan oleh Amatullah. Tanggapan
saya biasa saja, wong saya itu tahu diri kok. Saya tahu diri biarpun saya
brengsek tapi wajah saya rupawan nan menawan alih-alih jelek. Pantas kalau seorang pembesar,
seperti Ama, merindukan saya. Saking rindunya, beliyo sampai tak kuat
menyatakannya dan hanya menyampaikan rasa rindu pada Pelantan melalui untaian doa.
Doa Ama kepada Pelantan semesta alam pun sampai pada saya. Riak kerinduan yang
dipendam di hati terdalam menghampiri hati saya hingga menimbulkan semacam
getaran jiwa. Getaran jiwa yang selanjutnya membikin saya berinisiatif
mengajaknya bicara melalui telepon. Pembicaraan yang saya harap memberikan
sesuatu yang berharga meski kelihatannya tak jelas apa yang dibahas, seperti
acara-acara berjudul pembinaan yang diadakan Kementerian Agama Republik
Indonesia.
Harapan saya terkabul: Ama memberikan
saya sesuatu itu. Setelah rasa rindu pada saya terbayar lunas, ia memberikan saya rasa puas. Ia hadir sebagai missing link, sesuatu yang saya cari
selama ini. Tentu bukan missing link dalam perjuangan hunting jodoh, wong jodoh kami meski masih dalam proses pengunduhan
setidaknya sudah kelihatan.
Ama bilang pada saya kalau ia ingin menjadi Editor
(dalam arti Penyunting) di Majalah SANTRI.
Jelaslah saya bahagia. Editor adalah
alasan kuat saya keberatan mengisi posisi yang ditinggalkan gusti kanjeng mami
Ilmy. Jiwa saya rasanya sudah manunggal dengan posisi itu. Meski sebenarnya
posisi Editor adalah posisi paling
miskin peminat, wajar saja, tak ada garansi bisa dapat tambahan pacar kalau
menjadi Editor.
Menulis adalah pekerjaan manusia,
mengedit adalah pekerjaan dewa. Begitu ungkap salah satu redaktur media massa
yang saya lupa namanya. Ketika menulis ini saya sedang berada di dalam bus Prima Jasa, jadi tak sempat memeriksa
berasal dari mana ungkapan bagus itu.
Ama
sangat menyadari hal ini. Beliyo sadar bahwa latar belakangnya sebagai penduduk
Bekasi menjadi harga mati bahwa beliyo tak dapat disebut manusia yang menempati
Bumi. Kita semua paham bahwa Bekasi adalah satu planet di galaksi lain. Meski
tampaknya Bekasi-Bandung berdekatan, tapi percayalah, lebih dekat Kudus-Merauke
kalau menurut hati saya.
Sebagai orang yang berminat menempati
posisi sepi peminat, Ama bisa mencatatkan sejarah baru di Majalah SANTRI. Selama ini, sejak terbentuknya Majalah SANTRI dari Desember 2008, semua Editor bertubuh langsing. Ditambah berwajah rupawan nan menawan ketika ada saya. Baru kali ini Editor mendapatkan anggota dari kalangan
pembesar, seperti Ama.
Ama, yang kabarnya berminat menjadi Editor ini, memiliki daya endus luar
biasa terhadap kesalahan penulisan. Ia cepat tanggap menghajar saya tatlala menemukan typo
ketika saya menulisnya. Nama lengkap yang seharusnya Amatullah malah tertulis
Amanatullah. Padahal namanya sudah pendek, tapi tak tahu bisa salah seperi itu. Untung saya tak pernah salah menulis nama
lengkapnya Arij Zulfi Mufassafoh. Karena kalau terjadi seperti itu, musnahlah
saya seketika dihantam badai salju.
Selain daya endus terhadap typo yang
keren, beliyo juga bisa memahami redaksi kata terkait konteks. Beliyo segera
bisa memahami dengan baik dan benar perbedaan “mengurusi Ama” dan “mengurusi
Ais”. Beliyo sungguh hebat bisa menemukan akar kata dari keduanya. Jika kata
mengurusi dikaitkan Ama, akarnya adalah kurus. Sedangkan jika kaitannya dengan
Ais, akarnya adalah urus.
Mencari akar ataupun asal usul tak
jarang susah dan hasilnya sering bikin resah. Misalnya mencari akar sejarahnya
Arij Zulfi yang disapa Ais. Orang bisa berspekulasi macam-macam akan hal ini,
salah satunya ialah sapaan Ais berasal dari orang cadel yang tak bisa mengucapkan Arij. Padahal sebenarnya, ya
seperti itu, biar tak dianggap lelaki saja itu gadis manis nan mempesona dari Papua. Kalau mencari akar itu mudah,
tentu mata kuliah Kalkulus yang membahas bab Integral tak ramai kaum pengulang.
Apapun yang terjadi selanjutnya, beliyo
harus segera dimusnahkan alih-alih dibudidayakan. Keberadaan Ama sangat
membahayakan kehidupan alam semesta ini. Kebesarannya sanggup membikin Ais
tampak kecil. Ais memang kecil, tapi kalau ada Ama, Ais semakin jelas kecilnya.
Apa tak berbahaya buat alam semesta itu alien yang datang dari Planet Bekasi?
Wong Ais itu segalanya kok.
Hari Ibu, 10:47
Telukjambe
KM 48 Tol Cipularang menuju Jakarta